Kisah Malaikat Pencabut Nyawa dan Seorang Yang Berlebihan Dalam Mengumpulkan Harta


 Yazid bin Maisarah meriwayatkan sebuah kisah dari masa silam, tentang seorang pria yang begitu sibuk mengumpulkan harta. Kekayaannya berlimpah, keturunannya banyak. Ia merasa hidupnya sudah sempurna.

Dengan penuh rasa percaya diri, ia berkata kepada keluarganya,

 “Kalian akan merasakan kehidupan sejahtera dalam waktu yang lama.”

Namun, rencana manusia tak selalu sejalan dengan takdir Allah. Tanpa diduga, malaikat pencabut nyawa datang mengetuk pintu rumahnya. Ia berkata:

“Tolong panggilkan pemilik rumah ini.”

Lelaki itu pun keluar dan bertanya, “Siapa kamu?”

“Aku adalah malaikat pencabut nyawa,” jawabnya tegas. 

Kemudian malaikat tersebut berkata "Segera lah beri wasiat yang ingin engkau beri wasiat, karena aku akan mencabut nyawa mu sebelum keluar dari rumah ini."

Mendengar hal itu keluarga nya menangis histeris. Sementara lelaki tersebut segera berkata "Bukalah berangkas berangkas itu dan juga semua tempat penyimpanan harta". Mereka pun segera membukanya.

Kemudian lelaki itu pun menghadap ke hartanya lalu melaknatnya "Terlaknatlah engkau, harta! Engkau lah yang membuatku lupa akan Rabb ku, dan membuat ku lalai untuk beramal bagi akhirat ku sehingga ajalku tiba."

Harta pun berkata; "Jangan mencaci maki ku. Bukankah engkau yang hina di mata manusia, lalu aku yang mengangkat derajatmu? Bukankah engkau sendiri melihat bagaimana pengaruhkun kepada mu sehingga bisa masuk dalam lingkaran para raja? Sedangkan orang-orang shaleh tidak bisa melakukan hal itu? Dan jika engkau gunakan aku untuk membiayai perjuangan fii sabilillah pun aku tidak akan menolaknya? Maka hari ini engkau lebih tercela dari pada saya! 
Karena aku dan engkau di ciptakan dari tanah, maka siapapun yang memilih untuk berbuat baik maka ia akan memperoleh kebaikan. Sedangkan yang berbuat kejahatan maka dia akan mendapatkan celaka."

Seperti itulah harta berbicara, maka berhati-hatilah!

Renungan untuk kita semua:


 “Jika harta digunakan untuk taat, maka ia menjadi kebaikan. Jika harta menjauhkan dari Allah, maka ia menjadi bencana.”
(Ibnu Qayyim, ‘Uddat Ash-Shabirin wa Dzakhiirat Asy-Syakirin)

Harta bukanlah musuh. Tapi ketika harta membuat kita lupa mati, di situlah petaka. Mari gunakan rezeki sebagai jalan menuju ridha Allah: bantu dakwah, ringankan sesama, dan tabung pahala.

Karena kelak, bukan saldo rekening yang dipertanyakan, tapi sejauh apa kita memanfaatkannya untuk kebaikan.
Bekal terbaik bukanlah rumah megah, tapi hati yang bersih dan amal yang ikhlas.

MY-

Post a Comment

0 Comments