bersamaislam.com - “Wahai Nabi Allah, apakah kami akan disiksa karena perkataan yang kami ucapkan?”— (HR. At-Tirmidzi, hasan shahih)
Pertanyaan ini datang dari sahabat Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab dengan tegas:
“Bukankah yang menyebabkan manusia disungkurkan ke dalam neraka di atas wajah mereka atau atas hidung mereka tidak lain adalah karena ucapan lisan mereka?”
Hadits ini merupakan bagian dari Hadits ke-29 dalam Arba’in An-Nawawi. Sebuah pengingat penting, terlebih di zaman kita hari ini. Saat kata-kata tidak hanya keluar dari mulut, tapi juga dari jari-jari yang mengetik.
_____
Amalan Menuju Surga
Dalam hadits tersebut, Rasulullah SAW menyebutkan sejumlah amalan yang dapat memasukkan seseorang ke dalam surga:
- Bertauhid, tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun.
- Mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan berpuasa Ramadhan.
- Melakukan berbagai amal kebaikan, seperti sedekah, menolong sesama, dan menahan diri dari dosa.
Tapi yang menjadi poin penutup sekaligus penekanan dalam hadits ini adalah pentingnya menjaga lisan. Rasulullah berkata:
“Jagalah ini.” — sambil menunjuk ke lidah beliau.
Ini bukan sekadar anjuran biasa. Ini adalah kunci. Karena meskipun seseorang taat dalam ibadah, tapi lisannya tidak dijaga, bisa jadi amal-amalnya terhapus atau bahkan menjadi sebab masuknya ke dalam neraka.
_____
Zaman Digital, Lisan Digital
Kini, lisan tidak hanya berupa suara. Ia juga hadir dalam bentuk:
- · Komentar di media sosial
- · Status WhatsApp atau Instagram
- · Balasan DM
- · Voice note atau chat yang kasar
- · Broadcast tanpa tabayyun
Allah berfirman:
“Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).”
(QS. Qaf: 18)
Kalimat pendek yang keluar begitu saja, bisa jadi tertulis sebagai dosa besar. Maka wajar jika menjaga lisan disebut sebagai kendali dari semua amalan.
_____
Amalan Ringan, Dampak Besar
Seringkali kita berpikir bahwa untuk masuk surga harus dengan ibadah luar biasa. Padahal, keselamatan kita bisa tergantung pada seberapa kita menjaga ucapan. Ini adalah jihad harian yang sering luput: menahan komentar, menyebarkan kebaikan, dan diam saat emosi.
Praktik yang Bisa Dilakukan:
1. Berpikir sebelum bicara atau mengetik.
“Apakah ini benar? Apakah ini baik? Apakah ini perlu?”
2. Perbanyak dzikir dan bacaan Qur’an.
Isi waktu dan lisan kita dengan hal yang berpahala.
3. Tahan emosi dalam percakapan.
Jangan biarkan amarah mendikte perkataan kita.
4. Hindari debat kusir dan ghibah digital.
Saring informasi dan jangan asal menyebar.
5. Latih lisan untuk berkata baik.
Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
_____
Penutup
Hadits ini bukan sekadar informasi, tapi peringatan. Surga itu dekat, asal kita benar-benar menjaga apa yang keluar dari mulut dan jari kita. Jangan sampai amal yang susah payah dikumpulkan, runtuh hanya karena satu komentar, satu olokan, atau satu ghibah yang viral.
Semoga Allah memudahkan kita untuk menjaga lisan, baik yang terdengar maupun yang terbaca.
MY-
0 Comments