Larangan dan Anjuran Bulan Dzulhijjah Kata Ustadz Adi Hidayat

Ustadz Adi Hidayat

bersamaislam.com - Dikutip dalam sebuah video di akun “Adi Hidayat Official” tentang Larangan dan anjuran bulan Dzulhijjah. 

Dalam kesempatan kali ini Ustadz Adi menjelaskan tentang larangan yang sifatnya sunnah, sering kali kita menilai bahwa larangan adalah haram namun yang dijelaskan Ustadz Adi kali ini justru kebalikannya. 

“Siapapun muslim beriman yang sudah memasuki 10 hari pertama bulan Dzulhijjah sedangkan orang itu ingin berqurban ya menyembelih hewan, ya menyembelih hewan dilarang untuk mencukur atau memotong semua rambut yang melekat pada tubuhnya atau kuku yang melekat di jarinya”.

Ada larangan Nabi Saw yang sifatnya sunnah bagi yang berqurban. Ustadz Adi Hidayat menjelaskan maksud dari yang berqurban tersebut adalah yang sudah siap hewannya, yang sudah dibeli dan diatasnamakan.

Bagi yang sudah siap berqurban atau barangsiapa yang sudah melakukan akad terhadap hewan tersebut, dianjurkan untuk tidak memotong rambut atau pun kuku sampai hewan qurban tersebut disembelih.

Dari Ummu Salamah, Rasulullah bersabda “Jika sudah memasuki 10 hari awal Dzulhijjah. Dan ada diantara kalian yang menginginkan berqurban, maka janganlah menyentuh (memotong/mencukur) dan juga kuku yang melekat di jarinya sedikit pun”.

Segala sesuatu pasti ada hikmahnya sama hal nya seperti apa yang sudah di sampaikan Nabi melalui ummu Salamah. Hikmah dari tidak memotong kuku dan muncukur rambut pada tubuh ialah agar yang berqurban itu sama sama nilainya dengan orang yang sedang menggunakan pakaian ihram dalam wukuf hajinya di Arafah.

Adapun maksudnya ialah agar posisi orang yang sedang berqurban sama dengan orang yang haji. Mungkin tidak semua orang bisa menunaikan ibadah haji, namun dengan berqurban bisa menyamakan ibadah haji. 

Karena pada hakikatnya arti berqurban adalah mendekatkan diri kepada Allah Swt sama halnya dengan ibadah haji. Artinya qurban dan haji sama sama membangun kedekatan makhluk kepada sang pencipta.

Rasulullah menganjurkan sebuah amalan bagi yang belum mampu beribadah haji ataupun qurban, apa itu? Yakni Puasa Arafah.

Puasa Arafah bukanlah puasa biasa, namun di puasa ini dianjurkan untuk yang melaksanakan nya memperbanyak bermuhasabah diri, mengoreksi diri, dan mengenali kekurangan dirinya.

Ada juga beberapa kesalahan dalam pemahaman kebanyakan masyarakat mengenai keutamaan Puasa Arafah yaitu menggugurkan dosa yang setahun lalu dan setahun yang akan datang.

Namun nyatanya tidak seperti itu, maksud dari setahun yang akan datang ialah dijaga oleh Allah Swt. perbuatannya dari perbuatan maksiat bukan di hapus dosa yang akan datang menurut Ustadz Adi Hidayat.

Wallahu ‘alam




Post a Comment

0 Comments