Produktivitas Tanpa Batas Seorang Muslim

Muslim Produktif

bersamaislam.com - Produktif, ialah sebuah aktivitas yang menghasilkan sesuatu dalam jumlah yang banyak. Entah ianya berbentuk karya, kegiatan atau hal-hal yang bermanfaat.

Dalam Islam, ternyata kaum muslim diajarkan untuk menciptakan kebermanfaatan dalam setiap lini kehidupannya. Bukan hanya tentang beragama dan beribadah, dalam kehidupan sehari-hari pun Allah telah jauh mengisyaratkan tentang produktivitas bagi manusia.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hasyr: 18).

Nah, ternyata ummat muslim hendaknya merancang setiap aktivitasnya agar dapat mempersiapkan hari-hari berikutnya termasuk hari dimana Kita dikumpulkan di Akhirat. Maka agaknya, aktivitas yang Kita lakukan bukan hanya hal-hal yang bermanfaat untuk dunia tetapi juga kebermanfaatan untuk akhirat.

Tetapi, kadang kala Kita kebingungan membedakan apa itu profuktif dan apa itu sibuk. Ayo, kira-kira apa, sih bedanya produktif dan sibuk?

Berikut Kita simak bersama apa perbedaan produktif dan sibuk;

1. Perencanaan dan prioritas
Orang produktif hanya memiliki tiga hal dalam perencanaan vs orang sibuk mempunyai banyak hal dalam perencanaan.

2. Fokus pada pekerjaan
Orang produktif mengerjakan satu tugas vs orang sibuk mengerjakan banyak pekerjaan.

3. Strategis mengambil keputusan
Orang produktif mengatakan ‘ya’ secara strategis vs orang sibuk mengatakan ya untuk semua hal.


Agar tetap produktif

Ketahuilah, sebagaimana yang telah Allah sampaikan pada ayat berikut, bahwa;

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain” (QS. Al-Insyirah : 7)

Beginilah produktivitas yang efektif. Kita menghasilkan satu pekerjaan yang selesai, lalu beralih pada pekerjaan yang lain untuk Kita selesaikan satu-persatu. Dibandingkan Kita sibuk melakukan berbagai aktivitas namun tidak menghasilkan apa-apa.

Allah telah mengatur hal ini sedemikian rinci agar Kita sebagai manusia dapat menjadi sumber kebermanfaatan dan kebaikan bagi sekitar. Apabila Kita terbiasa melakukan hal dengan terencana, maka Kita akan terbiasa untuk mengukur target yang Kita capai.

Pada praktiknya, belajar menjadi manusia yang produktif memang memerlukan waktu pembiasaan agar tumbuh menjadi karakter. Dan seringkali juga, Kita dapati keadaan dimana Kita tak dapat melakukan apa-apa karena berbagai hal, misalnya sakit dan kelelahan atau karena semata-mata memang diri Kita malas.

Nah, hati-hati loh! Karena jika Kita malas, banyak sekali dampak negatif yang Kita dapatkan.

Menurut Imam Raghib Al-Ashfahani:

“Orang yang sering gabut dan banyak menganggur, maka dirinya telah lepas dari sifat kemanusiaannya, bahkan dari sifat hewan sekalipun (tidak ada hewan gabut/nganggur). Sehingga dia sejenis makhluk yang mati. Nganggur itu mematikan sifat kemanusiaan. Setiap anggota badan jika tidak dipakai, maka ia tak berguna nan sia-sia. Seperti kondisi mata ketika dipejamkan. Atau tangan ketika ditelantarkan. Badan yang terbiasa dimanja dengan kemudahan, akan menjadi malas. Begitu pula pikiran dan jiwa, jika jarang merenung dan berfikir akan dungu. Kalau sudah begitu, maka satu tingkat dengan hewan ternak.”

Beginilah pentingnya produktivitas, sebab Allah telah menempatkan segala sesuatu sesuai peruntukkannya. Maka, sebagai hamba yang telah Allah amanahkan tubuh, mari Kita lakukan kebaikan-kebaikan dan berbagai kebermanfaatan melalui tangan-tangan Kita, pikiran, hati, mata, telinga dan semua anggota tubuh ini hingga habis hanya untuk amal-amal nyata untuk-Nya.

Semoga kelak, merekalah yang akan menjadi salah satu hujjah di Akhirat.

“Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi Rabb-Nya, hingga dia ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan, dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan dan apa saja yang telah ia perbuat dari ilmu yang dimilikinya.” (HR. ath-Thirmidzi no. 2416, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir jilid 10 hal 8 hadits no. 9772 dan hadits ini telah dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Ashahihah no. 946)
  1. Untuk apa usianya digunakan?
  2. Untuk apa masa mudanya digunakan?
  3. Darimana hartanya didapatkan?
  4. Untuk apa harta tersebut digunakan?
  5. Apa yang telah diperbuat dengan ilmu yang dimilikinya?


Produktif kapanpun dimanapun

Produktivitas setiap orang tentu akan berbeda sesuai dengan amanahnya masing-masing. Andai kata seseorang yang sudah bekerja dapat produktif atas pekerjaannya, maka bagi remaja yang masih sekolah tentu kegiatan mereka dalam rangka belajar pun dinilai sebagai produktivitas.

Yang perlu Kita tekankan ialah, jadikanlah waktu-waktu yang Kita miliki habis untuk sesuatu yang menghasilkan karya dan manfaat.

Kendati pun mereka yang gemar nongkrong di sosial media, maka jadikanlah hal itu untuk suatu yang bermanfaat dan produktif. Misalnya, membaca beberapa pengetahuan dan wawasan, bukan hanya asyik melihat story dan postingan yang tidak berfaidah.

Lebih bagus lagi jika Ia gunakan akunnya untuk berkarya dan berdakwah, tentu hal ini akan bermanfaat dan jauh lebih berguna bagi dirinya dan orang lain.


Utamakan Al-Qur'an Sebelum Yang Lain

Bagi Kita sebagai ummat muslim, ada satu kegiatan yang tak boleh terlupa dan terlepas dari berbagai aktivitas yang Kita miliki. Ya, ialah Al-Qur’an.

Jangan sampai Kita habis-habisan berkegiatan untuk hal yang berdampak besar bagi orang lain tapi diri Kita kering kerontang dari ruh kebaikan itu sendiri. Sebab, jiwa Kita akan menghasilkan ruh yang sama sesuai dengan kondisi hati Kita.

Utamakan Al-Qur’an sebelum kegiatan lain, maka keberkahannya ialah waktu Kita akan terasa sangat lebih lapang, sehingga Kita dapat melakukan banyak kegiatan dalam waktu singkat. Hal ini bukan efek magis, tapi ini adalah fitrah produktivitas manusia.

Seringkali Kita rasa waktu Kita habis untuk dunia dan tak sempat tilawah Al-Qur’an. Tapi sesungguhnya, karena Kita tidak membaca Al-Qur’an lah maka rasanya waktu Kita amat sedikit dan habis untuk dunia semata.

Pada hakikatnya, dunia ini tak ada habisnya. Maka, Kita kembalikan semuanya pada Allah Yang Maha Memiliki alam raya dan seisinya dengan melakukan ibadah.


Konsisten Untuk Tetap Produktif

Dalam hal ini, produktivitas sebagai seorang muslim lebih utama apabila dilakukan secara konsisten, sebagaimana Hadits berikut;

Dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلّ

”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” (HR. Muslim)

Jadi, kontinuitas adalah sesuatu yang akan berdampak kebaikan di esok hari. Apabila Kita konsisten tilawah satu juz satu hari, maka satu bulan telah mengkhatamkan Al-Qur’an. Apabila Kita konsisten membaca buku satu kali dalam satu pekan, maka dampaknya akan terasa satu-dua tahun kedepan.

Pun pada kegiatan-kegiatan lain yang Kita lakukan. Maka ia akan menjadi karakter bagi Kita. Terlebih lagi, Kita membiasakan diri untuk tetap produktif. Maka ia juga akan menjadi karakter yang mendarahdaging. Sampai rasanya, ketika Kita tidak melakukan kegiatan, rasanya diri Kita kehilangan sesuatu.

Nah, bonusnya lagi Allah tetap memberikan ganjaran bagi Kita atas amal yang konsisten Kita lakukan, namun Kita tidak melakukannya karena udzur.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْعَبْدَ إِذَا كَانَ عَلَى طَرِيقَةٍ حَسَنَةٍ مِنَ الْعِبَادَةِ ثُمَّ مَرِضَ قِيلَ لِلْمَلَكِ الْمُوَكَّلِ بِهِ اكْتُبْ لَهُ مِثْلَ عَمَلِهِ إِذَا كَانَ طَلِيقاً حَتَّى أُطْلِقَهُ أَوْ أَكْفِتَهُ إِلَىَّ

“Seorang hamba jika ia berada pada jalan yang baik dalam ibadah, kemudian ia sakit, maka dikatakan pada malaikat yang bertugas mencatat amalan, “Tulislah padanya semisal yang ia amalkan rutin jika ia tidak terikat sampai Aku melepasnya atau sampai Aku mencabut nyawanya.” (HR. Ahmad, 2: 203. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahwa hadits ini shahih, sedangkan sanad hadits ini hasan)

MaasyaAllah, betapa Allah Yang Maha Pemurah amat mencintai ummat yang konsisten dalam kebaikan dan produktivitas. Dan Allah jua memberikan motivasi bagi Kita agar terus berlomba-lomba dalam kebaikan dan memperbaiki setiap aspek kehidupan yang Kita miliki.

مَنِ اسْتَوَى يَوْمَاهُ فَهُوَ مَغْبُونٌ ، وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُونٌ

“Barangsiapa yang dua harinya (hari ini dan kemarin) sama maka ia telah merugi, barangsiapa yang harinya lebih jelek dari hari sebelumnya, maka ia tergolong orang-orang yang terlaknat”.

Maka, mari Kita berusaha menjadi hamba yang bertakwa degan melakukan kerja-kerja kebaikan yang bermanfaat bagi diri dan ummat. Sehingga, mudah-mudahan atas ikhtiar Kita dalam beramal, Allah catat sebagai salah satu diantara pejuang yang bersungguh-sungguh dalam melakukan setiap amanah yang dipikul.

Atas konsistensi Kita mengerjakan tugas dengan baik, Allah ridha atas perjalanan Kita mengarungi kehidupan ini. Dengan Al-Qur’an yang Kita jadikan utama, Allah berikan keberkahan-keberkahan tiada tara untuk semua hal yang kita lakukan. Allahumma Aamiin.

Winni Alawiyah
Bandung, 2 Januari 2020