Hari Ayah Nasional: Pengorbanan Tanpa Batas dalam Mengejar Kebahagiaan

Tulisan tentang Hari Ayah Nasional terkait pengorbanan dalam mengejar kebahagiaan keluarga.
ilustrasi

bersamaislam.com - Sebagai pembuka, saya coba menebak, pasti banyak yang sudah menonton film The Pursuit of Happiness kan? Iyah pasti...kecuali saya yang baru nonton sekarang... hehehe. Padahal film ini dirilis sudah sejak tahun 2006. Film ini benar-benar menjadi film yang sangat menginspirasi tentang bagaimana beratnya perjuangan seorang ayah dalam menghidupi keluarganya. (Ohya, sebelumnya saya ingin mengingatkan, untuk bagian awal, sekitar di menit ke-10 saat Christ lagi ngobrol sama istrinya bisa dipercepat aja sedikit yach, karena pada scene tersebut pakaian istrinya tidak pantas dilihat, tapi beneran hanya sedikit itu saja, hanya sekitar 2-3menit, setelah scene tsb, maka film ini beneran aman sentausa hingga ke akhir. Trust me...)

Kembali ke laptop. Film ini diperankan oleh Will Smith (sebagai Christ) dan Jaden Smith (anak kandung Will Smith sendiri. Untuk yang pernah nonton film Karate Kids pasti kenal dengan Jaden kan? Di film Pursuit of Happyness ini Jaden masih imut-imut dan lucu banget loh).

Christ adalah seorang sales alat kesehatan yang setiap hari selalu berkeliling dari satu RS ke RS lainnya untuk menawarkan produk yang dijualnya. Sayangnya alat yang dijualnya itu harganya sangat mahal sehingga membuat pihak RS merasa belum begitu perlu untuk membelinya.

Akhirnya ditengah himpitan ekonomi yang terus berat, Chris pun mencoba peruntungan di bidang broker (pialang saham). Saya sih gak begitu peduli dengan cerita tentang kehidupan para pialang saham yang mendominasi sebagian besar film ini. Karena bagi saya bukan itu point-nya.

Point dari film ini adalah tentang seorang AYAH. Yang memiliki cita-cita sederhana saja, yaitu: ingin selalu berada dekat dengan anaknya dan keluarganya walau apapun yang terjadi. Karena menurutnya itulah kebahagiaan.

Namun cobaan demi cobaan kehidupan terus menghampiri. Dimulai dari perekonomian keluarga yang terus menurun sehingga pertengkaran suami istri terus terjadi. Kehidupan mereka setiap hari hanya berkisar antara tagihan satu ke tagihan yang lainnya. Seharusnya dalam kondisi inilah dibutuhkan keikhlasan dan kesabaran dari seorang istri untuk mendampingi suami melewati beban yang sangat berat ini.

Namun ternyata istrinya merasa sudah tidak sanggup lagi berada dalam situasi sulit ini. Istrinya pun memilih untuk pergi meninggalkan suami dan anaknya. Dan disinilah bermula kehancuran hidupnya, berdua bersama anaknya.

Saya akui sangat kagum dengan kepiawaian akting will Smith di film ini. Benar-benar membuat saya ikut larut merasakan bagaimana beratnya perjuangan para ayah dalam menghidupi keluarganya. Segala hal akan dilakukan.Walaupun rasanya tidak mungkin, tapi tetap selalu optimis dan yakin.

Gengsi dan malu sudah benar-benar dicoret dan dilupakan dalam kamus kehidupannya. Kerja apapun akan dilakukan asalkan halal dan bisa menghasilkan uang.

Lupakan segala kejayaan masa lalu sang ayah sebagai siswa berprestasi, siswa teladan, juara matematika, lulusan terbaik, dan deretan nilai tertinggi dalam selembar ijazah karena hal tersebut kini benar-benar sudah tidak berarti lagi.

Yang diperlukan adalah kegigihan dan kerja keras. Begitulah beratnya beban seorang ayah. Begitulah tanggung jawab seorang suami.

Maka para istri, coba pandanglah wajah suamimu saat ia sedang tidur, dan lihatlah gurat lelah diwajahnya. Sementara dirimu masih saja mengeluh menuntut pemisahan antara uang belanja dan uang nafkah sebagaimana yang kau baca di artikel-artikel yang berseliweran.

Dirimu terkadang masih saja merasa sedih jika keinginanmu untuk membeli sebuah gamis model terbaru belum bisa dipenuhi oleh suamimu, sementara kita lupa memperhatikan (maaf) underwear suami pun beberapa ada yang sudah tidak layak pakai lagi. Bahkan dompet, sandal dan tali pinggangnya pun sudah sangat memprihatinkan.

Tapi begitu ada rezeki, maka yang pertama diingat suami adalah gamis atau kerudung yang pernah diminta beli oleh istrinya.

Ahhh..... beginilah kami para istri penghujung zaman ini. Terkadang masih suka sulit mendefinisikan apakah kebahagiaan itu.

Terkadang masih berpikir bahwa kebahagiaan itu adalah jika diberikan uang belanja lebih oleh suami. Dan masih suka berfikir bahwa rezeki itu adalah jika suami masih memiliki uang di dompet atau rekening nya.

Kami terkadang lupa, bahwa rezeki tidak selalu berbentuk uang dan harta yang melimpah. Bisa tinggal dibawah atap yang sama bersama suami dan anak-anak juga merupakan rezeki yang tidak ternilai.

Bisa bangun tiap pagi dalam kondisi sehat juga sebuah rezeki yang luar biasa. Jika rasa syukur selalu bergandengan dengan sifat qonaah dan ikhlas, maka yakinlah semuanya akan baik-baik saja.

Allah tidak akan pernah memberikan ujian diluar kemampuan hamba-Nya. Setelah kabut berlalu pasti akan cerah kembali.

Teruntuk para ayah yang sedang berjuang menjemput rezeki, salam hormat kami kepadamu. Semoga Allah SWT membalas berjuta kebaikan untuk setiap ikhtiar yang dilakukan, dan untuk setiap tetes keringat yang mengalir. Happy Father's Day untuk seluruh ayah hebat!



Penulis: Popi Fadliani, M.Pd [Praktisi Parenting dan Alumnus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung]