Tiga Pernyataan 'Menarik' Abu Yahya Badru Salam

Ustadz Abu Yahya Badru Salam

bersamaislam.com - Beliau adalah pemateri di radio Rodja Lc. Di kalangan komunitas yang menyebut diri sebagai salafi, ustadz ini merupakan salah satu ustadz yang populer. Ia telah diundang berceramah kemana-mana. Tapi ada beberapa pernyataan menarik yang pernah dibuatnya.

1. Densus mendapat pahala sebagaimana mujtahid

Sebuah video yang pernah viral, menampilkan ustadz Abu Yahya Badru Salam berceramah di Bandar Lampung, tanggal 11 Februari 2014 (terlihat dari spanduk). Pada sesi tanya jawab, seorang mengajukan pertanyaan. "Bagaimana pandangan bapak bila mendengar berita adanya teroris tewas ditembak oleh densus 88."

Jawaban ustadz awalnya formalitas. Bahwa Densus 88 hanya menjalankan tugas. Tapi kalimat berikutnya menjadi menarik. "Kalau mereka sudah berusaha, kemudian salah orang, mudah-mudahan Allah memaafkan mereka. Kalau dalam Islam saja, kalau seseorang sudah berusaha berijtihad, sudah berusaha mengetahui sebuah persoalan kemudian salah, maka diberikan pahala satu."

Ketika video ini pertama kali viral, para warganet yang punya pemahaman Islam yang baik rama-ramai mengkritik pernyataan ustadz Badru salam. Mereka marah para mujtahid disamakan dengan Densus 88. Apalagi dianggap Densus 88 mendapat pahala setelah membunuh seorang muslim.

Beberapa video yang memuat pernyataan ini telah dihapus di Youtube. Salah satu yang masih tersisa bisa dilihat pada tautan berikut: https://youtu.be/mt6TpQn4wMk

2. Walisongo Tokoh Fiktif

Video lain menayangkan pernyataan ustadz Badru Salam yang berpendapat tidak ada bukti otentik keberadaan Walisongo. Bisa disimak pada tautan berikut: https://youtu.be/jSmgGMEvaas.

Ada pernyataan dari peserta pengajian, "Bagaimana dengan Walisongo yang menyebarkan Islam dengan cara mencampurkan syariat dengan adat istiadat."

Ustadz Badru salam pun menjawab, "Pak, Walisongo itu gak ada bukti yang otentik. Semuanya kata anu, kata sepuh kita.. Mana? Apakah walisongo meninggalkan buku, tulisan?" Kemudian ustadz itu pun menyebutkan beberapa kitab para ulama dan menlanjutkan, "Tapi tidak ada kitab Sunan Bonang," katanya.

Kemudian karena tak ada karya berupa kitab dari para Walisongo, ustadz Badru Salam berkesimpulan bahwa keberadaan Walisongo itu tidak bisa dipastikan.

3. Hukum Kencing dan Kotoran Kucing Itu Tidak Najis

Satu lagi video terbaru yang menayangkan pernyataan kontroversial si ustadz. Beliau menjawab pertanyaan audiens tentang kencing kucing. Lalu si ustadz menjawab, "Kalau kencing kucing mah nggak najis, ibu... Kucing itu yah, kencingnya tidak najis, kotorannya tidak najis, air liurnya tidak najis..."

Apa pasal? Ia membawakan hadits Rasulullah yang isinya bahwa kucing itu tidak najis.

Ada warganet yang mengkritik, manusia juga tidak najis, tapi kotoran dan kencingnya itu termasuk najis.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah menerangkan, “Kucing tidaklah najis. Namun apakah berlaku secara umum? Jawabnya, tidak. Yang tidak najis adalah air liur, sesuatu yang keluar dari hidungnya, keringat, jilatan atau bekas makan dan minumnya. Adapun untuk kencing dan kotoran kucing tetaplah najis. Begitu pula darah kucing juga najis. Karena setiap hewan yang haram dimakan, maka kencing dan kotorannya dihukumi najis. Kaedahnya, segala sesuatu yang keluar dari dalam tubuh hewan yang haram dimakan dihukumi haram. Contohnya adalah kencing, kotoran, dan muntahan.” (Fathu Dzil Jalali wal Ikram, 1: 110).

Bagi yang ingin melihat videonya, bisa dilihat di sini https://youtu.be/RbHdaKlP1cw

***

Terakhir, penulis ingin mengingatkan pembaca tentang ungkapan Imam Ali bin Abi Thalib r.a. yang sering dinukil kalangan salafiyun. “Perhatikanlah dari siapa kamu mengambil ilmu ini, karena sesungguhnya ia adalah agama.”

Penulis: Dovan Ali Rizci <dovanalirizci@gmail.com>