Merdeka Itu, Lebih Takut Kepada Allah Ketimbang sama Bos!

Merdeka itu adalah ketika kita lebih takut kepada Allah ketimbang sama bos di tempat kerja.
banner dakwah yang berisi arti kemerdekaan sesungguhnya

bersamaislam.com - Sepuluh tahun lalu. saya bekerja di sebuah perusahaan Korea di daerah Tendean. Dapat Team leader orang Korea fresh graduate, yang semangat nge-Boss nya lagi tinggi-tingginya.

Minggu pertama bekerja, kami sudah mengalami cultural shock. Mungkin benar cerita orang-orang bahwa budaya kerja orang Korea itu rada "kurang cocok dengan budaya Indonesia". Saya mau menyebut "kurang manusiawi", saya nggak tahu jangan-jangan di Korea sana manusianya oke-oke saja dengan jam kerja ajaib.

Yang lemburnya hampir setiap hari sampai larut malam kemudian paginya harus masuk jam 9 tanpa dispensasi. Wajib pake seragam yang sama pula.

Saya coba ikhlaskan dulu mengingat kita sedang mengejar presentasi untuk project pertama. First client is everything. Lagipula kalo cuma lembur mah makanan orang post pro tiap menjelang deadline. Saya sudah biasa.

Tibalah hari kedatangan klien. Dari pagi suasana yang sebetulnya biasa saja menjadi tegang. Karena si bos muda ini senewen. Sampai urusan kerah baju saya pun dibetulkan sendiri olehnya. Pokoknya semua harus kelihatan perfect di depan klien.

Sorenya klien datang, kami bergantian ngasih materi. Klien senang, presentasi sukses. Alhamdulillah.
Tapi hari-hari tegang belum usai. Besok sorenya big boss ada meeting dengan klien tadi. Boss muda menyuruh kita stay, tidak boleh meninggalkan ruangan karena dia tidak mau ruangan terlihat kosong. Bahkan ada beberapa arsitek freelance yang dihire hanya untuk "akting" biar ruangan terlihat ada aktifitas.

Waktu asar, saya dapat giliran sholat terakhir. akhirnya saya ngibrit ke musholla. Berapa menit kemudian, balik lagi ke kantor. Anak muda ini sudah berkacak pinggang dan menarik saya ke ruangan.

Di depan orang banyak.dia menunjuk-nunjuk saya dengan pertanyaan pembuka "umurmu berapa ? sudah setua ini tidak tau etika?"

Saya melongo kaget. Kok kasar banget ini bocah. Dan saya bingung karena tidak paham kenapa saya dimarahi. Ternyata dia marah karena saya ada di musholla pada saat big boss sedang meeting. Sesuai instruksi, kita tidak boleh kemana-mana.

Saya jelaskan, saya sholat. dan cuma sebentar. Dia ngotot saya harus menunggu selesai meeting baru sholat. Saya bilang, asar udah mau habis. Kalau meetingnya sampai maghrib gimana.
Dia menunjuk ke sekeliling "memangnya cuma kamu yang muslim. Ini mereka semua muslim nggak gitu-gitu amat."

Okay, enough. Manusia pendatang nggak tahu diri ini sudah menyentuh ranah prinsipil yang tidak semestinya dia sentuh.

Saya menatap matanya tajam-tajam. Tidak butuh waktu semenit untuk mengambil ID card, mencopot seragam wajib yang tidak pernah sempat saya cuci sejak dibagikan itu, dan mengembalikannya.
"nih ambil. saya berhenti."

Gantian dia melongo. "Heh? kemana kamu. nggak bisa berhenti kayak gitu aja". Tapi saya sudah meluncur ke Tebet.

Hari itu jadi rekor tercepat saya bekerja. Masuk tanggal 1, keluar tiga minggu kemudian. Saya bahkan tidak menulis surat resign karena apa untungnya gitu loh.

Malamnya big boss sempat menelpon. Memintakan maaf atas kelakuan boss muda. Saya menghargai kearifan beliau dengan datang keesokan hari untuk pamitan dengan big boss. Dan rekan sekerja lain. Minus boss muda.
Itulah terakhir kalinya saya bertemu dengan si Boss muda.

-------------

Empat bulan lalu di Abu dhabi, sepulang kantor, saya tiba-tiba ingat dia. Iseng searching profile-nya. ketemu.
Dan saya kaget. Orangnya sudah meninggal tahun 2011.
Lebih kaget lagi setelah menelusuri timeline nya, dia ditemukan tergantung kaku di kamar mandi rumah orang lain. Mati bunuh diri.
Ternyata orang ini mentalnya tidak segarang yang saya lihat di kantor. orangnya labil. Depresi karena hubungan-hubungannya dengan pacarnya selalu kandas.
Kalau ingat bagaimana orang ini hendak mengatur hidup karyawan sampai ke area yang tidak semestinya, ternyata jalan hidupnya sendiri pun tidak sanggup dia atur.
Betapa sering kita bertemu orang yang menganggap dirinya berkuasa lalu semena-mena karena mengira kekuasaannya lama.
Tadi tau-tau ketemu foto menarik ini di timeline. mendadak saya teringat kasus dengan boss Korea itu. Saya sempat merasa merdeka sesaat.
Cuma sesaat.
Karena kemudian saya teringat bahwa belenggu-belenggu lain masih ada. Dan tidak selamanya berbentuk manusia. Saya baru bisa mendefinisikan belenggu yang paling umum dan nyata. Salah satunya yaitu: utang riba.
Dirgahayu Indonesia.
Negaranya merdeka sepenuhnya, kita belum seutuhnya.


Penulis: Arizal Rasyid