Ganti Subhanallah dengan Subhana Tuhan, Buku Ini Tuai Kecaman

Buku terbitan Paramitra Publishing dikecamkarena merubah "Subhanallah' menjadi 'Subhana Tuhan'.
tulisan yang terdapat dalam buku Paramitra Publishing

bersamaislam.com Surabaya - Warga Surabaya dihebohkan dengan penemuan buku berjudul "Materi Layanan Klasikal Bimbingan dan Konseling". Buku yang merupakan terbitan Paramitra Publishing tersebut menuai kontroversi dan kecaman dari sejumlah orang guru karena dianggap lalai dalam proses quality control saat diterbitkan.

Dalam buku yang diperuntukkan bagi guru Bimbingan Konseling (BK) tersebut menampilkan tulisan kalimat yang membuat orang salah paham saat membacanya. Kalimat tersebut berbunyi 'Subhanallah' yang kemudian direvisi menjadi 'Subhana Tuhan', kemudian 'Laa ilaha illallah' menjadi 'Laa ilaha illa Tuhan', dan 'Alhamdulillah' menjadi 'Alhamdu Lil Tuhan'. Sejumlah pihak merasa kaget penulisan kata tersebut yang menghilangkan kata "Allah" dan diganti dengan "Tuhan".

Warga merasa khawatir akan adanya misi dari oknum liberal yang ingin menyamakan semua agama dan merubah kata-kata dalam agama Islam.

Terkait masalah tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Timur dianggap kecolongan dan tidak mengetahui peredaran buku tersebut.

Pihak DPRD Jawa Timur yang diwakili oleh Anggota Komisi E DPRD Jatim, Moch Eksan mengaku bahwa peristiwa serupa bukan kali pertama terjadi di daerah tersebut. Beberapa waktu lalu kejadian serupa juga terjadi di Jombang, dan sejumlah daerah lainnya, karena itu ia mengecam penerbit agar menarik kembali buku yang bernuansa intoleransi tersebut.



Karena itu ia meminta kepada Dinas Pendidikan setempat untuk menyeleksi buku-buku pelajaran yang beredar di wilayah Jawa Timur.

"Kalopun udah beredar, kan masih bisa ditarik kembali jika berbau intoleransi yang justru cenderung mengajarkan kesesatan kepada siswa," ujar Eksan kepada media pada Kamis (1/6).

Menurutnya, buku tak layak tersebut jangan dijadikan panduan dalam proses pembelajaran. Ia menyebutkan, saat ini banyak sekali siswa yang masih rentan dengan pengaruh media pembelajaran.

"Apalagi bila menyangkut masalah agama, itu yang sangat berbahaya," tegasnya.