Aktor Muslim Hollywood Ini Tolak Perankan Teroris Karena Perburuk Citra Islam

Aktor dan rapper muslim Riz Ahmed tolak peran teroris dalam film hollywood.
Riz Ahmed

bersamaislam.com Hollywood - Aktor dan rapper Hollywood yang bernama Riz Ahmed diberitakan telah menolak peran sebagai teroris Arab dalam film yang ditawarkan kepadanya. Aktor yang telah malang melintang dalam dunia perfileman Hollywood ini menegaskan bahwa ia lebih suka mengalami kebangkrutan daripada memainkan karakter stereotip seperti peran teroris yang seringkali memperburuk citra ummat Islam di mata dunia..

Aktor Inggris keturunan Pakistan yang membintangi "Rogue One: A Star Wars Story" dan HBO's "The Night Of" tersebut sudah berulangkali mendapat tawaran untuk berakting dalam film layar lebar sebagai teroris. Namun sekarang ia sudah memutuskan untuk tidak ingin menjadi bagian dari usaha pelabelan negatif bagi ummat muslim tersebut.

Kepada The Hollywood Reporter dalam sebuah wawancara baru-baru ini, Ahmed mengakui sering mendapat tawaran peran menjadi teroris karena wajah Arabnya dan perannya yang memukau.

"Saya baru saja memutuskan bahwa saya tidak akan melakukannya lagi. Saya berpikir lebih suka bangkrut daripada menjalani peran itu," tegas Ahmed kepada media pada Jumat (2/6).

Menurutnya, saat mula-mula menjalani profesinya sebagai aktor, ia mempunyai misi yang berkaitan dengan isu-isu seperti perang melawan terorisme dan Islamofobia dengan cara-cara yang kreatif.

Awalnya ia mengharapkan masyarakat Amerika menjadi lebih maju dan mulai mencitrakan karakter Arab yang jauh dari nilai terorisme, namun pihak perfileman malah berniat sebaliknya dengan membuat film-film baru yang tidak seimbang dalam menggambarkan Islam.

Ahmed melanjutkan, aksi penolakan tersebut justru mendapat pertentangan dari rekan-rekan seprofesinya. Ia menjelaskan bahwa hal tersebut bukan pertama kalinya terjadi, ia bahkan sudah berkali-kali bertentangan opini dengan para anggota dewan setempat.

Salah satunya pada bulan Maret lalu, dia menyampaikan pidato di depan anggota Parlemen tentang keberagaman. Dalam pidatonya tersebut, ia mengingatkan tentang kegagalan industri televisi dalam memperjuangkan keragaman di negara tersebut.