Ternyata Kerajaan Islam Pernah Bantu Inggris Keluar Dari Krisis Ekonomi

Kerajaan Inggris pernah bekerjasama dengan Kerajaan Islam hingga negara tersebut bisa keluar dari krisis ekonomi
Sultan Turki dan Ratu Inggris

bersamaislam.com London - Kerajaan Inggris dulunya pernah terbagi-bagi sebelum bergabung dengan negara-negara Eropa. Penguasa Inggris saat itu yang bernama Ratu Elizabeth I menyadari pentingnya melakukan hubungan perdagangan dengan dunia Timur yang mempunyai prospek yang cerah. Kebijakan yang diambil sang Ratu pada abad ke-16 tersebut akhirnya berpengaruh pada masa depan negara besar itu, yang merupakan zaman keemasan Inggris yang paling terkenal. Dan negara-negara Islam mempunyai peranan penting dalam kemajuan tersebut.

Seperti dikutip dari New York Times pada Sabtu (17/7), salah satu fakta yang lebih mengejutkan dari Ratu Elizabeth Inggris adalah bahwa kebijakan luar negeri dan ekonominya akhirnya mendorong kerajaan tersebut menjadi lebih dekat dengan dunia Islam. Fakta tersebut diabaikan sampai hari ini oleh orang-orang yang ingin mengembangkan retorika populis terkait kedaulatan nasional.

Dari saat dia naik tahta pada tahun 1558, Elizabeth mulai mencari hubungan diplomatik, komersial dan militer dengan penguasa Muslim di Iran, Turki dan Maroko dengan alasan yang baik. Pada tahun 1570, ketika pemeluk Protestan Inggris menyatakan tidak akan kembali ke keyakinan Katolik, Paus dikucilkan oleh Elizabeth dan menyerukan agar dia dilucuti mahkotanya. Setelah itu kalangan dari Katolik Spanyol melawannya dengan invasi. Pedagang Inggris dilarang melakukan hubungan perdagangan dengan pedagang kaya dari Spanyol dan Belanda. Isolasi ekonomi dan politik tersebut menjadi ancaman yang dapat menghancurkan negara Protestan yang baru tersebut.

Melihat ancaman ekonomi dan kedaulatan negara yang semakin besar, akhirnya Elizabeth menanggapinya dengan membangun relasi dengan dunia Islam. Salah satu saingan Spanyol adalah Kekaisaran Ottoman, yang diperintah oleh Sultan Murad III, yang wilayahnya membentang dari Afrika Utara hingga Eropa Timur dan Samudera Hindia. Ottoman telah berjuang hingga ke wilayah Hapsburg selama beberapa dekade untuk menaklukkan bagian dari negara Hongaria. Elizabeth berharap aliansi dengan sultan akan memberikan banyak bantuan yang dibutuhkan untuk melawan agresi militer Spanyol, sehingga memungkinkan para pedagangnya bisa memasuki pasar yang menguntungkan di wilayah Timur. Untuk niat baiknya dia juga mengulurkan tangan bagi saingan Ottoman, Syah Persia dan penguasa Maroko.

Masalahnya adalah bahwa kerajaan Muslim jauh lebih kuat daripada negara dengan sedikit pulau yang dikuasai Elizabeth dimana wilayahnya hanya bagian kecil dari Eropa. Elizabeth ingin menjelajahi pengembangan perdagangan yang baru, namun tidak mampu untuk membiayai para pedagang. Akhirnya dia menggunakan perusahaan komersial yang didukung saham dari adiknya, Mary Tudor.

Perusahaan-perusahaan tersebut mempunyai saham yang akhirnya digunakan untuk mendanai biaya pelayaran komersial, dimana keuntungan atau kerugian juga akan dibagi. Elizabeth antusias mendukung Muscovy Company yang menjalin hubungan perdagangan dengan Persia. Kemudian ia melanjutkan dengan membentuk perusahaan di Turki yang menjadi agen perdaganagn dengan kerjaan Ottoman serta East India Company yang akhirnya dikemudian hari berhasil menaklukkan India.

Pada tahun 1580 ia menandatangani perjanjian komersial dengan Ottoman yang akan berlangsung lebih dari 300 tahun, termasuk pemberian akses kepada pedagangnya untuk bisnis komersial gratis di lahan wilayah Ottoman. Dia juga melakukan kerjasama dengan Maroko, dengan janji akan memberikan dukungan militer untuk melawan Spanyol.

Begitu dana kerjasamanya cair, Elizabeth mulai menulis surat kepada rekan-rekan Muslimnya dengan memuji betapa bermanfaatnya perdagangan timbal balik tersebut. Dia menulis sebagai pemohon dan menyebut Murad sebagai penguasa yang paling perkasa dari kerajaan Turki, satu-satunya dan di atas semua dan sebagian raja berdaulat di Kekaisaran Timur.

Dia juga mencanangkan permusuhan dengan penganut Katolik dan menggambarkan dirinya sendiri sebagai yang paling keras menjaga penganut Kristen dari semua jenis penyembahan berhala dan patung.

Mirip seperti umat Muslim, penganut Protestan menolak penyembahan patung, dan menyebut kata Allah, sedangkan umat Katolik sering mengucapkan bantuan Yesus. Dia dengan lihai menyamakan Katolik Protestan dan Muslim sebagai dua sisi mata uang yang sama.

Taktik tersebut berhasil. Ribuan pedagang Inggris menyeberangi lautan dan berhasil memasuki beberapa daerah seperti Aleppo di Suriah dan Mosul di Irak. Mereka merasa jauh lebih aman daripada mereka melakukan perjalanan yang melalui wilayah kekuasaan Katolik Eropa yang sangat beresiko atas keselamatan para pengusaha.

Penguasa Ottoman melihat berhasilnya mereka mengajak bergabung orang dari semua agama sebagai sebuah tanda kekuasaan, bukan kelemahan. Dan ia pun mengamati dan mengikuti konflik Protestan dan Katolik dari waktu ke waktu. Setlelah kedatangan para pedagang tersebut, beberapa orang Inggris mulai masuk Islam. Beberapa diantaranya seperti Samson Rowlie, seorang pedagang Norfolk yang merubah namanya menjadi Hassan Aga dan kemudian menjabat sebagai kepala bendahara Aljir. Mereka melakukannya atas kemauan mereka sendiri. Mereka melihat Islam sebagai agama yang lebih baik daripada agama Protestan sering berseteru dengan Katolik.

Para bangsawan Inggris sangat menenangi sutra dan rempah-rempah dari timur, tapi Turki dan Maroko jelas kurang tertarik dengan wol Inggris. Yang mereka butuhkan adalah senjata. Untuk melaksanakan maksud tersebut, akhirnya Elizabeth mengambil logam dari gereja-gereja Katolik yang telah dikuasai kemudian dilelelekan dan dibuatkan senjata dan amunisi yang kemudian dikirim ke Turki.

Sang Ratu kemudian membuat kesepakatan serupa dengan Maroko. Yaitu dengan menjual senjata dan membeli bahan dasar pembuatan bubuk mesiu. Sutra, karpet dan rempah-rempah kemudian mengubah apa yang makan orang Inggris setiap harinya, dan mengubah tata mereka berpakaian. Bahkan kata seperti permen dan turquoise (yang bermaksud batu Turki) menjadi biasa. Bahkan Shakespeare mulai menulis "Othello" tak lama setelah duta Maroko melakukan kunjungan pertama ke negara tersebut.

Meskipun usaha komersial dari perusahaan saham gabungan tersebut berhasil, namun akhirnya ekonomi Inggris tidak mampu mempertahankan ketergantungannya pada perdagangan antar negara. Setelah kematian Elizabeth pada tahun 1603, raja baru, James I, menandatangani perjanjian perdamaian yang baru dengan Spanyol, yang berakhir dengan pengasingan Inggris di kemudian hari.

Kebijakan Elizabeth dengan negara Islam untuk membendung invasi dari Katolik telah merubah masa depan ekonomi Inggris. Kerajaan tersebut kemudian merancang model baru untuk investasi saham gabungan yang akhirnya mampu membiayai Virginia Company, yang merupakan perusahaan permanen pertama yang didirikan bersama koloni dari Amerika Utara.

Ternyata negara Islam, dengan segala manifestasinya, kekaisaran, militer dan komersialnya mampu memainkan peran penting dalam sejarah kemajuan Inggris. Hari ini, sejarah tersebut perlu diangkat untuk melawan sentimen anti Islam. Dan agar para warga Inggris mengingat bahwa masa lalu mereka dan masa lalu kerajaan Islam terjalin erat hingga lebih mudah saling menghargai satu sama lain.

Post a Comment

0 Comments