![]() |
Yenny Wahid |
bersamaislam.com Jakarta - Sebuah organisasi kemasyarakatan yang diinisiasi untuk menyebarkan gagasan mantan presiden Abdurrahman Wahid (Gusdur) bernama Wahid Foundation yang berlokasi di Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat, mengatakan bahwa kaum lesbian, gay, transgender biseksual dan (LGBT) adalah kelompok minoritas yang berhak mendapat perlindungan.
Pernyataan tersebut diutarakan oleh Yenny Wahid selaku Direktur Eksekutif Yayasan sekaligus putri dari mendiang Presiden Abdurrahman Wahid, mantan pemimpin Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar di Indonesia mengatakan bahwa Islam memastikan hak hidup bagi semua orang, termasuk mereka yang dianggap menyimpang secara seksual.
"Kaum LGBT ada di masa Nabi Muhammad pada 15 abad yang lalu. Mereka disebut khuntsah," ujarnya dalam sebuah diskusi di Bogor, Jawa Barat, seperti dilansir The Jakarta Post pada Selasa (2/8).
Pada Senin (8/8) yayasan tersebut menerbitkan hasil survei yang dilakukan pada April dan bekerjasama dengan Lembaga Survei Indonesia (LSI). Survei tersebut mengungkapkan bahwa 26,1 persen dari 1.520 responden di 34 provinsi di Indonesia tidak menyukai kaum LGBT. Sementara 38,7 persen responden tidak menyukai pilihan lainnya.
Beberapa kelompok yang tidak disukai termasuk komunis (16,7 persen), Yahudi (10,6 persen), Kristen (2,2 persen), Syiah (1,3 persen), Wahhabi (0,5 persen), Buddha (0,4 persen) dan Cina-Indonesia (0,4 persen).
"Kami sudah melakukan survei pada April lalu ketika isu LGBT beredar di media sosial. Karena itu responden menyatakan bahwa orang LGBT sebagai kaum yang paling tidak disukai," ujar Yenny.
0 Comments