Hari Pahlawan Itu, Ketika Sultan Aceh Mengusir Portugis, Inggris, dan Belanda

Sejarah Syariah Islam Aceh
Peringatan haul Sultan Syamsu Syah dalam rangka hari pahlawan (Foto: Saiful)

bersamaislam.com - Sultan Syamsu Syah, adalah raja yang memerintah kerajaan Meukuta Alam saat Portugis tiba Aceh pada akhir abad 15. Pusat kerajaannya berada di Pidie yang merupakan daerah penghasil lada. Dialah yang bergelar Poteumeureuhom dan sultan pertama yang menerapkan syariat Islam di Aceh serta anti terhadap imperialisme asing.

Pada tahun 1514, beliau mangkat dan digantikan putranya Ali Mughayat Syah yang meninggalkan Pidie dan mendirikan Kerajaan Aceh di Banda Aceh bersama saudaranya Laksamana Raja Ibrahim.

Sebuah komunitas budaya bernama Peusaboh Budaya Aceh (Peusaba) dan beberapa lembaga pecinta sejarah memperingati hari Pahlawan 10 Nopember 2015 dengan melakukan ziarah ke makam Sultan Aceh dan mengkaji sejarah perjuangan mereka di masa lampau.

Makam Poeteumeureuhom
Komplek makan Sultan Meukuta Alam (Foto: Saiful)

"Alhamdulillah, dapat banyak nasehat dan hikayat tentang sejarah Islam di Aceh saat menghadiri Peringatan Haul Sultan Syamsu Syah, deklarator syariat Islam pertama di Aceh dan Sultan Alaiddin Perak, Sultan Aceh putra Melayu yang adil lagi wara'," kata Saiful, seorang peserta yang ikut dalam acara tersebut.

Peringatan hari Pahlawan itu sendiri dilaksanakan pada Selasa (10/11/2015) kemarin, bersamaan dengan haul ke 500 Sultan Syamsu Syah dan Haul ke 444 Sultan Alaidin Perak di Kompleks Makam Poteumeureuhom, Lamteh, Ulee Kareng, Banda Aceh.

"Haul ini dilaksanakan bertepatan dengan hari pahlawan disebabkan dua raja ini dapat dikatakan sebagai pahlawan pejuang Islam yang anti imperialisme asing," kata Mawardi Usman, Ketua Peusaba Aceh, di portalsatu.com.

Sultan Syamsu Syah adalah peletak pondasi syariat dan terus dijaga oleh penerus berikutnya. Pada masa Sultan Alaidin Perak atau Sultan Alauddin Mansur Syah yang memerintah pada tahun 1579-1585, Aceh banyak mengirim utusan ke luar negeri dan berhubungan dengan Kekhilafahan Turki Utsmani. Saat itu pula Aceh banyak didatangi oleh ulama-ulama arab dan menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan di kawasan. Sultan bahkan memerintahkan rakyat untuk menjaga shalat berjamaah dan menetapkan jubah dan sorban sebagai pakaian resmi kenegaraan.

Kerajaan Aceh mencapai puncak kegemilangan pada masa Perkasa Alam yang bergelar Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Perkasa Alam yang naik tahta pada tahun 1607. Dengan gagah berani Sultan Iskandar Muda menyerang Portugis berbekal 500 kapal perang dan 60.000 orang tentara laut.

"Karena hebatnya perjuangan Sultan dan rakyat Aceh dahulu mempertahankan bumi Serambi Mekkah dari penjajah kafir, Alhamdulillah Islam masih ada di Aceh. Ini juga tak lepas karena hubungan baik Aceh dengan kerajaan Turki Ustmani. Lain pula dengan Filipina dan Papua, kekalahan dalam pertempuran dengan pihak kafir Belanda dan Inggris, telah menjadikan Islam agama yang minoritas saat ini," tambah Saiful.

Komplek Makam Raja Poeteumeureuhom
Komplek makam Poeteumuereuhom di Ulee Kareng, Banda Aceh (Foto: Saiful)

Sejak dideklarasikan oleh Sultan Syamsu Syah, ditegaskan oleh Sultan Alaidin Perak dan dikembangkan oleh Sultan Iskandar Muda, syariat Islam dan anti imperialisme menjadi semangat yang mengalir pada setiap Sultan dan rakyat Aceh hingga masa perjuangan kemerdekaan. Bahkan ketika Sultan Aceh terakhir menyerah kepada Belanda, rakyat bersama ulama seperti Teuku Chik Ditiro, Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien tetap meneruskan perlawanan hingga memaksa Belanda mengutus Snouck Hurgronye, seorang misionaris ahli Islam.

Namun Belanda tidak pernah berhasil mendirikan pusat pemerintahan di tanah Aceh. Itu sebabnya sejarah mengatakan Aceh adalah daerah yang tidak pernah berhasil dikuasai dan dijajah Belanda. (rms)

Post a Comment

0 Comments