Tata Cara Shalat dan Doa Istisqa Menurut Tuntunan Nabi Muhammad SAW

Hujan turun saat warga di Riau tengah melaksanakan shalat istisqa. Para jamaah tetap melanjutkan shalat dalam guyuran hujan dan tidak membatalkannya (Foto: Fb)

bersamaislam.com - Shalat Istisqa adalah sebutan untuk shalat minta hujan yaitu satu amalan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk meminta diturunkannya hujan oleh Allah SWT karena suatu kondisi tertentu, misalnya cuaca kemarau atau tidak menemukan sumber air saat perang.

Namun amalan 'istisqa' atau meminta hujan sebenarnya tidak harus disertai shalat. Dalam buku Pedoman Shalat, Profesor Hasbi Ash Shiddieqy menjelaskan beberapa riwayat yang dilakukan Nabi saat terjadi kemarau dan atau meminta hujan.

1. Memerintahkan para sahabat pergi ke mushalla (tempat shalat = lapangan, red) di hari yang beliau tentukan. Sesudah matahari terbit keluarlah Rasulullah SAW dalam keadaan khusyu' dan memakai pakaian yang sangat sederhana. Beliau naik ke mimbar lalu berkhutbah. Sesudah itu beliau mengangkat tangan hingga kelihatan ketiaknya. Beliau lalu menghadap kiblat, membelakangi makmum serta membalik baju luarnya sehingga bagian kanan ke sebelah kiri dan bagian kiri ke sebelah kanan. Beliau terus berdoa.

Diriwayatkan dari Anas oleh Muslim, bahwasanya Rasulullah SAW memohon diturunkan hujan dengan cara mengangkat tangan dan membalikkan belakang tangannya ke atas. Hal ini mengisyaratkan bahwa doa menolak bala dilakukan dengan menjadikan belakang tangan menghadap atas.

Kemudian beliau kembali menghadap makmum, menutup khutbah dan turun dari mimbar. Sesudah itu bershalat dua rakaat dan pada rakaat pertama membaca surat Al-A'la lalu pada rakaat kedua membaca surat Al-Ghasyiyah.

2. Memohon kepada Allah di dalam khutbah Jumat agar Allah menurunkan hujan. Para sahabat mengaminkan doanya. Di kala itu Rasulullah SAW membaca doa ini:

 Ø§Ù„لهم اغثنا اللهم اغثنا اللهم اغثنا اللهم اسقنا اللهم اسقنا اللهم اسقنا

"Ya Allah tolonglah kami. Ya Allah tolonglah kami. Ya Allah tolonglah kami. Ya Allah siramilah kami. Ya Allah siramilah kami. Ya Allah siramilah kami" (HR Bukhari-Muslim).

3. Pada suatu hari (bukan hari Jumat) beliau naik ke mimbar lalu berkhutbah dan berdoa dengan tidak mengerjakan shalat. (Riwayat Ibnu Majah dari Abu Hurairah)

4. Pada suatu hari di mesjid Madinah, beliau berdoa memohon diturunkan hujan sambil duduk dalam suatu tempat di mesjid (bukan di atas mimbar). Di antara doa beliau pada hari itu adalah:


"Ya Allah siramilah kami dengan hujan yang menyegerakan, yang menyuburkan, yang berlapis-lapis, yang cepat, tidak berlambat-lambat, yang bermanfa'at tidak memberi mudarat" (HR Ahmad dan Baihaqy dari Ka'ab bin Murrah).

5. Pada suatu hari beliau berdoa di luar mesjid, di suatu tempat yang dinamai Az Zaura' supaya diturunkan hujan.

6. Dalam salah satu peperangan, kaum musyrikin telah membuat pertahanan di tempat sumber air. Sehingga tentara kaum muslimin menderita kehausan lalu mereka mengadukannya kepada Rasulullah SAW. Sesudah itu Rasulullah SAW berdoa sehingga turunlah hujan wabil (sederas-derasnya dan selebat-lebatnya) hingga memberi kepuasan dan kemenangan kepada kaum muslimin. Beliau membaca:


"Ya Allah siramilah hambaMu dan binatang-binatangMu dan sebarkanlah rahmatMu dan hidupkanlah tanahMu yang telah mati. Ya Allah siramilah kami dengan hujan yang baik akibatnya, yang menyuburkan, yang memberi manfaat, tidak mendatangkan kemelaratan, yang segera, tidak berlambat-lambat"

Rasulullah SAW juga pernah membaca doa agar hujan berhenti yaitu dengan doa ini:


"Ya Allah curahkanlah hujan atas hutan-hutan belantara, gunung-gunung, bukit-bukit dan perut-perut lembah dan tempat-tempat tumbuh kayu. Ya Allah curahkanlah hujan di sekitar kami, janganlah atas diri kami" (HR Bukhari-Muslim dari Anas bin Malik)

Kesimpulan

Dari beberapa riwayat di atas, beberapa kaifiat (cara) meminta hujan sesuai sunnah Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:
1. Memohon hujan (istisqa) dengan berdoa di tempat dan keadaan tertentu
2. Memohon hujan (istisqa) dengan berdoa di dalam khutbah Jumat
3. Memohon hujan (istisqa) dengan khutbah dan berdoa namun tidak mengerjakan shalat
4. Memohon hujan (istisqa) dengan bersama-sama pergi ke tanah lapang untuk shalat dan khutbah

Yang jamak dilakukan di tanah air pada beberapa minggu belakangan ini adalah cara keempat yaitu shalat istisqa di lapangan dengan khutbah dan doa.

Dari beberapa hadits tentang pelaksanaan shalat istisqa, khutbah dapat dilakukan sebelum atau sesudah shalat. Sebagian ulama menyukai jika sebelum hari pelaksanaan shalat istisqa, kita berpuasa tiga hari berturut-turut, memberi sedekah, bertaubat, mengerjakan kebaikan dan meninggalkan segala kemaksiatan, baik kecil maupun besar.

Pada hari yang keempat, berduyun-duyun mendatangi tanah lapang untuk shalat istisqa dan mendengar khutbah. Disukai jika kita membawa segala macam binatang termasuk anak-anak kecil serta orang tua.

Menunggu pelaksanaan shalat, dianjurkan membaca istighfar "astaghfirullahal 'azhim" sebanyak-banyaknya sejak berangkat dari rumah.

Beberapa ulama menganjurkan membawa kain sorban shalat dan memakainya dengan cara menutup bahu kiri dan membiarkan bahu kanan terbuka. Bisa juga dengan cara diikat di bawah ketiak kanan agar tidak jatuh, namun bahu kiri tetap tertutup. Pada saat khutbah pertama selesai, khatib dan seluruh jamaah menukar ikatan, menutup bahu kanan dan mengikatnya di bawah ketiak kiri. Seperti apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW yaitu membalik baju luarnya.

Dan sebagian ulama menyukai shalat istisqa dilakukan seperti shalat ied yaitu bertakbir tujuh kali di rakaat pertama dan lima kali pada rakaat kedua. Di antara takbir agar membaca istighfar.

Selain shalat istisqa, meminta hujan bisa juga dilakukan dengan langsung membaca doa seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW di atas.

Wallahu a'lam bish showab.

(Ahmad Yasin)

Post a Comment

0 Comments