Hujan Yang Sempurna Buat Bapak Presiden (Bukan Hujan Buatan)

Ilustrasi

bersamaislam.com - 1. Pada zaman dahulu kala, ketika ilmu pengetahuan gelap gulita, pemikiran manusia masih belum berkembang, orang mengira hujan adalah air yang jatuh dari lubang-lubang tangki air yang ada di langit.

2. Ketika manusia makin pintar, ilmu pengetahuan semakin berkembang, bahkan sains sudah diyakini seperti agama, orang berkata hujan adalah suatu proses yang alamiah, air menguap, membeku menjadi
awan, semakin besar dan menjadi hujan.

3. Orang-orang berkata ini adalah proses yang natural, tidak ada campur tangan apapun di dalamnya. Hujan ya hujan. Siklusnya sudah datang dan berjalan.

4. Lalu ilmu manusia semakin tinggi dan dengan sedikit rekayasa mereka bisa 'memancing' hujan turun. Orang-orang berkata inilah hujan buatan manusia. Seperti kata Bapak Presiden di Jambi.

5. Jadi ingat pelajaran agama waktu SD. Jumlah Malaikat ada 10, Jibril menurunkan wahyu, Mikail mengatur/menurunkan hujan dan membagi rezki…

6. Apakah malaikat Mikail sedang ketiduran sehingga lupa menurunkan hujan di seluruh wilayah Indonesia? Atau dia silap dan alpa mengatur takaran hujan sehingga di beberapa tempat malah kebanjiran?

7. “Wa anzalna minas samaa-i ma’an bi qadarin fa askannahu fil ardhi wa inna ‘ala dzahabin bihi laqadirun”

8. Dan Kami turunkan air dari langit dengan kadar tertentu; maka Kami endapkan dia dalam bumi. Dan Kami pun berkuasa meng­habiskannya. (Al-Mu’minun: 18)

9. Tahukah kita bahwa setiap detik sebanyak 16 ton air menguap dari bumi. Tahukah kita berapa jumlah air yang turun kembali menjadi hujan? 16 ton!!!

10. Tahukah kita berapa ketinggian awan yang terjadi dari penguapan air? 12rb meter. Berapakah kecepatan benda ‘seukuran’ tetesan hujan yang jatuh dari ketinggian ini? 558km/jam!!!

11. Hujan dengan kecepatan seperti ini akan merusak apa saja. Lahan tanaman, kendaraan dan manusia tidak akan dapat pergi keluar tanpa perlindungan extra.

12. Tahukah kita berapa kecepatan tetesan hujan yang kita nikmati hari ini? Hanya 8-10km/jam!!!

13. Semua ini karena Allah ‘tidak lupa’ mengatur berapa banyak air akan diuapkan dan berapa tinggi awan akan ditiup.

14. Dan Allah ‘tidak lupa’ menjadikan bentuk tetesan hujan yang menjadikan gesekannya terhadap atmosfir menjadi semacam kontrol kecepatan sehingga tidak over speed.

15. Seperti inilah teknologi parasut diciptakan hari ini.

16. Dan Dia juga ‘tidak lupa’ menjadikan hujan tercipta dari air murni. Yang tidak bisa membeku menjadi es di atmosfir meski suhu di sana mencapai di bawah 400 derajat Celsius.

17. Maka hujan tetap dalam ‘kadar’-nya. Kadar volumenya, kadar speed-nya. Kadar zatnya.

18. Tidak berlebih dan tidak berkurang sedikit pun sampai Dia yang memutuskan saatnya tiba.

19. Dan hujan itu diendapkan-Nya di dalam bumi. Lalu kita nikmati kebun-kebun yang subur, anggur-kurma dan berbagai buah-buahan yang kita makan.

20. Dan darinya pula ternak-ternak kita minum. Sapi-kambing-unta yang darinya kita menikmati susu.

21. Dan kita sebagai manusia menikmati keseimbangan ini setiap hari tanpa kita sadari.

22. Sedikit saja terjadi ‘malfunction’ atau ada ‘bug’ dalam system ini, jumlah curahan hujan akan berlebih, kecepatan turun hujan akan bertambah, dan zatnya berubah menjadi partikel-partikel es.

23. Maka manusia akan binasa!!!

24. Tetapi Allah telah menjadikannya sempurna. Seharusnya setiap kali turun hujan kita paham bahwa Allah sedang memberlakukan takdir-Nya atas manusia.

25. Dan Mikail sedang melaksanakan perintah Allah itu, mengatur hujan selalu dalam ‘kadar’-nya.

26. Sebagaimana Dia yang menurunkan dan menahannya dalam perut bumi, Dia pula yang kuasa untuk menghabiskannya.

27. Tugas kita hanya berdoa, seperti diajarkan waktu sekolah di madrasah. “Allahumma shayyiban naafi’an” | Ya Allah turunkanlah hujan yang bermanfaat.

28. Bukan malah ‘merusak’ tempat hujan itu turun dan mengendap yang membuat air keluar menjadi banjir.

29. Berdoalah agar Allah menjauhkan kita dari sikap tidak bersyukur, lupa dan meyakini sesuatu yang lain selain Kuasa-Nya.

30. Sambil kita sempurnakan ikhtiar sebagai manusia agar banjir ini tidak datang dan kembali secara harmoni. Tidak lupa kita doakan dan kita bantu saudara-saudara kita di sana. Allahu a’lam.

(Razas Ms)

Post a Comment

0 Comments