![]() |
Ilustrasi |
bersamaislam.com - Fenomena gadget benar-benar berpengaruh kepada gaya hidup masa kini. Termasuk kehidupan pasangan suami istri, baik yang baru melangsungkan pernikahan maupun yang sudah berbilang tahun. Banyak didapati, pasangan yang sedang duduk bersama tapi sibuk dengan smartphone-nya masing-masing. Di ruang tamu saat-saat santai, di meja makan, hatta di kamar tidur sekalipun.
Seorang suami sepulangnya dari kantor atau dari tempat usaha, di
rumah masih sibuk dengan gadget. Menjawab pesan atasanlah, rekan bisnislah,
hingga membaca status teman di media sosial.
Di tempat saya bekerja ada anekdot, jika seseorang menerima telpon dengan nada ramah dan akrab pasti dari teman atau rekan kerja. Sedangkan jika tidak ramah, dengan intonasi datar, dan terkesan mau cepat disudahi, pastilah dari nyonya di rumah.
Aneh memang, kita bisa akrab dengan teman di dunia nyata maupun maya. Tertawa-tawa sendiri saat membaca chattingan di grup atau serius membalas pesan teman yang mau curhat. Tapi dengan istri sendiri, yang fisiknya ada di depan kita, yang berada hanya beberapa meter di hadapan kita, rasanya kita sudah lupa kapan senyum dan tawa terakhir kalinya menghiasi wajahnya atas canda yang kita lontarkan.
Ketika istri sedang antusias berbicara menyampaikan keluh kesah rumah tangga yang dialaminya, lalu hape kita berdering dan bergetar, manakah yang sering kita dulukan? Mendengar pembicaraannya sampai habis lalu mendiskusikannya panjang lebar atau benda segi sempat itu yang kita angkat?
Mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat, katanya.
Keakraban Nabi Muhammad SAW dengan istri-istrinya
Rasulullah SAW pernah berkata, "Sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik bagi istrinya, dan aku yang paling baik terhadap istriku".
Rasulullah SAW pernah berkata, "Sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik bagi istrinya, dan aku yang paling baik terhadap istriku".
Indah sekali pesan Nabi Muhammad SAW itu. Lelaki terbaik adalah yang paling baik bagi istrinya sendiri, bukan orang lain, apalagi istri orang lain. Na'udzu billah min dzalik.
Di kesempatan lain beliau berpesan, "Mu'min itu mudah akrab dan diakrabi. Tidak ada kebaikan bagi yang tidak mudah akrab dan tidak mudah diakrabi".
Dengan sesama saja kita diminta agar akrab, dekat, hangat, apalagi dengan istri sendiri.
Dengan sesama saja kita diminta agar akrab, dekat, hangat, apalagi dengan istri sendiri.
Lantas alasan apalagi yang membuat kita para suami seperti enggan meluangkan waktu bercerita berdua, bermain dan bercanda bersama istri? Alasan apa yang membuat mata kita tetap melihat handphone saat istri sedang antusias berbicara?
Padahal jangankan mata, Nabi selalu menghadapkan seluruh badannya kepada lawan bicara sehingga siapapun yang sedang ngobrol dengan beliau selalu merasa orang paling penting.
Nabi pernah olah raga dan lomba lari berdua dengan Aisyah. Nabi pernah mandi bareng dalam satu bejana dengan istrinya. Nabi pernah minta dimasakkan sesuatu, dan banyak lagi cerita keakraban Rasulullah SAW dengan para istri-istrinya.
Padahal jangankan mata, Nabi selalu menghadapkan seluruh badannya kepada lawan bicara sehingga siapapun yang sedang ngobrol dengan beliau selalu merasa orang paling penting.
Nabi pernah olah raga dan lomba lari berdua dengan Aisyah. Nabi pernah mandi bareng dalam satu bejana dengan istrinya. Nabi pernah minta dimasakkan sesuatu, dan banyak lagi cerita keakraban Rasulullah SAW dengan para istri-istrinya.
Sedangkan kita dengan istri, baru hanya satu orang, tetapi hubungan kita jauh dari kata akrab.
Tulisan ini adalah renungan untuk para suami, namun istripun perlulah rasanya berlaku serupa. Wallahu a'lam bish showab.
Penulis: Razas Ms
Pemimpin Redaksi bersamaislam.com
0 Comments