Benarkah Pendeta 'Islami' Ini Sukses Jalankan Kristenisasi di Bireun Aceh?

Pendeta Tubagus Abdullatif Sag yang kerap menggunakan atribut Islam

bersamaislam.com - Sebuah akun Facebook milik seorang Pendeta telah menimbulkan keresahan dan berpotensi menyebabkan perpecahan di masyarakat khususnya warga Aceh. Pasalnya Pendeta tersebut mengaku sukses menjalankan kristenisasi di Kabupaten Bireun, bahkan telah memurtadkan salah seorang ulama.

Akun yang bernama Tubagus Abdullatief Sag itu menceritakan program kristenisasi yang dijalankannya di bawah naungan lembaga Al Qalam. Dia memulai perjalanan menuju Aceh pada Minggu (09/08/2015) yang lalu dan tiba di terminal Banda Aceh pada Kamis (13/08/2015) sebelum melanjutkan ke Bireun.

Di Bireun, tepatnya daerah Geulanggang Teungoh, dia mengaku melakukan dialog dengan para ulama di mesjid Al-Mubaroq, Jumat (14/08/2015), dan berdebat soal kebenaran Al Qur'an sebagai wahyu dari Tuhan. Dialog dilanjutkan hingga Sabtu dan Minggu malam dan berpindah ke mesjid Darul Arqam pada hari Rabu, (19/08/2015).

"Shalom slmt mlm sdr/sdri ku smuanya, trm ksh utk doa2nya shigga dialog kmi dgn para ulama di Bireuen dpt brjln dgn lncr dn dmai wlaupun ad sdikit ktggn! Sgl puji bg nm TUHAN qt YESUS KRISTUS yg tlh turut bkrja dlm dialog kmi di masjid Al Mubaroq," tulis pendeta tersebut.

Dan yang paling mengejutkan adalah, klaim Pendeta tersebut bahwa usai dialog salah seorang ulama di Bireuen, KH. Teuku Muhammad Saifullah telah mendatanginya ke posko Al Qalam dan menyatakan ingin masuk ke agama kristen menjadi pengikut Kristus.

"bpk KH.Teuku Muhammad Saifullah tdi siang ssdh slsai brdialog dtg ke pos PI Al Qalam Bireuen, dia mnytkn bhw dia ingin mgikut KRISTUS. Krn pgikut KRISTUS itu drjtnya lbih tiggi dri org2 kfir higga hri kiamt. (jaa'ilul laziinat taba'uuka fauqal laziina kafaruu ilaa yaumil qiyaamah.)
 Sgl puji bg nm TUHAN, Haleluya..!!!! Injil yg tlh kmi brtkn tdk kmbli dgn sia2," aku sang pendeta yang kerap menggunakan bahasa arab dan menukil ayat-ayat Al Quran tersebut.

Lalu benarkah seluruh cerita kristenisasi sang pendeta yang dalam akunnya mengaku lulusan dari IAIN Sunan Ampel Surabaya itu?

Menurut hasil penelusuran bersamaislam (23/08/2015), ada beberapa kebohongan yang telah dituliskan oleh sang Pendeta itu.

1. Pendeta Tubagus Abdullatif Sag mengirim foto saat tiba di terminal Banda Aceh. Padahal penampakan dalam foto tersebut bukanlah lokasi di terminal Batoh, Banda Aceh namun lebih mirip terminal bus Pelangi di kawasan Sunggal, Medan.

Bukan terminal batoh, Banda Aceh

2. Pendeta yang selalu memakai istilah-istilah islam dan terlihat cukup paham Al Qur'an itu, mengatakan akan berdialog usai shalat zhuhur pada hari Jumat (14/08/2015). Mungkin sang pendeta lupa kalau hari itu waktu dilaksanakannya shalat Jumat.

3. Tidak ada mesjid yang bernama Al-Mubaroq dan Darul Arqam di daerah Geulanggang Teungoh, Bireun, Aceh. Mesjid di daerah tersebut bernama mesjid Al-Ikhlas. Bahkan di luar mesjid pun tidak ada nama yang mirip seperti pengakuan pendeta itu. Yang terdekat adalah Dayah (Pesantren) Darul Istiqomah.

4. Tidak ada ulama yang bernama Teuku Muhammad Saifullah di Geulanggang Teungoh. Apalagi dipanggil Kyai Haji (KH).

Di samping ketiga hal tersebut, akun itu juga cuma memiliki 50 orang teman. Demikian juga 50 orang teman tersebut, sebagian besarnya hanya memiliki teman tidak lebih banyak dan menggunakan nama-nama islami dengan embel-embel gelar Sag namun menggunakan foto yang menukil kalimat-kalimat kristen dan kitab injil.

Akun tersebut memang cukup meresahkan terutama karena selalu menggunakan istilah-istilah arab, menukil ayat-ayat Al Qur'an secara sembarangan dan pengakuannya dalam memurtadkan orang-orang muslim. Terakhir, pendeta yang beberapa kali memperlihatkan fotonya saat berpidato di gereja daerah Indonesia Timur itu (Kutai dan Toraja) menyebut isi Al Quran 70% adalah jiplakan dari Injil dan sisanya adalah karangan Sahabat Nabi Muhammad SAW. Na'udzubillahi min dzalik.

Jika anda anggap akun tersebut meresahkan, silahkan klik akun tersebut, buka profilnya lalu klik Laporkan karena menebar informasi meresahkan.

(Ahmad Yasin)