"Ide Brilian Khanduri Maulid di Aceh"

peringatan maulid di aceh
Khanduri Maulid Nabi Muhammad SAW di Aceh

bersamaislam.com - "Mak, pakon lhe su beut bak masjid-masjid?" | "Nyan Dalail Khairat neuk, syair hikayat Pang Ulee tanyo, nyoe ka trok buleun Molod".

"Mak, kok ramai orang mengaji di mesjid-mesjid?
"Itu dalail khairat (barzanji) nak, syair hikayat Penghulu Alam (Nabi Muhammad SAW), sekarang sudah bulan Maulid”

Pertanyaan lazim dari seorang anak di Aceh ketika pertama kali melihat acara Maulid di Meunasah atau Pesantren. Pertanyaan berikutnya menyusul, kenapa kita harus bawa makanan ke mesjid? kenapa ada banyak anak yatim? kenapa banyak wajah ngga’ dikenal (tetamu dari desa tetangga) yang ikut makan?

Kira-kira itu pertanyaan berulang yang selalu muncul. Sama seperti saya, seorang perantau saat melihat peringatan Maulid ini pertama kalinya.

Dan sang mak yang sudah saban tahun melakukan akan sangat fasih memberi jawaban. Karena Rasulullah SAW menyuruh kita membagi makanan jika memasak dan baunya tercium oleh tetangga, karena beliau senang menyantuni anak yatim, karena 40 tetangga depan belakang kiri kanan haruslah kita kenali.

Dalam teori komunikasi sosial, menyampaikan suatu pesan kepada massa yang ramai bukanlah hal yang mudah, apalagi menyuruhnya melakukan. Lihat saja waktu demonstrasi.

Maka jika ada sebuah aktivitas yang mengandung banyak sekali pesan ‘tersembunyi’ berhasil menjadi budaya komunal yang melekat erat, sungguh itu adalah ide atau gagasan yang sangat brilian.

Anda mungkin sering terkesima dengan budaya bersih orang-orang Singapur. Tapi Lee Kwan Yew membentuk comunal culture seperti itu dulu dengan sangat keras dan mahal. Sesuatu yang masih gagal diterapkan di negara kita. Apakah tidak ada di antara jutaan manusia Indonesia menemukan idenya?

Lihat juga foto-foto kantor Google di Amerika, anda akan menemukan banyak zona-zona informal (collaboration zone) tempat ngumpul karyawan, termasuk kantin dengan meja besar alih-alih meja privat yang hanya cukup untuk sepasang manusia. Ini dibuat berdasarkan riset mahal untuk membentuk corporate culture yang menemukan fakta pentingnya momen pertemuan.

Baca juga: Intip Uniknya Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW di Aceh, Masya Allah

Karena itu Khanduri Maulid di Aceh, yang diinisiasi oleh ulama-ulama terdahulu dengan pendekatan budaya daerah adalah sebuah karya ‘mahal’ dan berharga yang belum tentu bisa kita ulangi di masa kini.

Yang membuat empat juta penduduk Aceh sadar akan hari kelahiran Rasulullah SAW dan menjadi momen mengingat kembali spirit dan nilai-nilai luhur beliau. Dan setiap anak-anak melihat sendiri praktek nyata pelaksanaan pesan-pesan Baginda Nabi SAW.

Jadi jangan heran kenapa nelayan Aceh dengan sigap menolong pengungsi Myanmar yang terkatung-katung di lautan.

Karena bertetangga adalah bersaudara, bukan. Sehingga Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan, tidak henti-hentinya Jibril memberi wasiat soal tetangga sehingga aku merasa harus memberi warisan kepadanya (tetangga).

Dalail khairat yang dibacakan sedari pagi menambah lengkap tradisi tersebut dengan cerita perjalanan hidup sang junjungan. Ditutup dengan sempurna oleh ceramah Teungku yang menyampaikan hikmah Maulid pada malam harinya.

Dan itu akan berlangsung selama tiga bulan, Rabiul Awal, Rabiul Akhir hingga Jumadil Awal. Tiga bulan Maulud dalam kalender Aceh. Setiap meunasah, mesjid dan gampong akan menyelenggarakan hal serupa. Sehingga perlu waktu cukup lama agar giliran itu tidak saling berbenturan.

Bisa jadi ini hal sederhana yang hampir terlupakan bahkan ada yang ingin menghapuskan, namun menjadi kunci rahasia, tentang persatuan dan kesatuan.

Persatuan yang menggagalkan Belanda dulu untuk sekadar mendirikan kantor pemerintahan di tanah Serambi Mekkah.

Wallahu a'lam.

Post a Comment

0 Comments