"Monas 212, Dan Hujan pun Cemburu"

Monas 212

bersamaislam.com -

Oleh: Razas Ms

Allahu Akbar, Sejak awal memang hujan sepertinya cemburu kepada kami, jutaan muslim dalam shaf-shaf manusia yang duduk dengan rapi. Beberapa kali hendak menunjukkan dirinya malu-malu lalu sembunyi di balik semilir angin. Saat tangisan tumpah diiring doa, hujan muncul sebentar bersama air mata kami.

Ah... hujan, mari sini tidak mengapa. Duduklah bersama kami di dalam shaf ini, bersama lantunan zikir dan doa kerinduan kepada senyuman Tuhan.

Dan benar, engkau hujan akhirnya tak sanggup menahan hasrat. Seramai-ramainya turun bersama kumandang Azan Jumat. Membasahi seluruh tubuh kami yang khusyu dalam shalat. Menguatkan amin kami dalam qunut nazilat.

Allahu Akbar
Ini mungkin pengalaman hidup yang belum tentu berulang dua kali. Shalat jumat bersama jutaan manusia di tengah guyuran rahmat.

Ya Allah saksikan
Kami yang hadir telah menunaikan shalat subuh hingga Istiqlal sepenuh jumat. Wajah-wajah lelah setelah bepergian jauh, seketika sirna manakala dibasuh wudhu dan bertemu dengan saudara ikhwan wa akhwat.

Kami merasakan bagaimana kemarahan di dada umat ini. Dari teriakan-teriakan takbir dan kepalan tangan, setiap kali 'penista agama' disebutkan.

Namun sebesar apapun amarah itu, cuma menjadi air mata saat kalimat pertama yang terucap dari Ustadz Arifin Ilham adalah "Subhanallah Walhamdulillah Walaailaahaillallah Allahu Akbar". Dan selanjutnya yang terdengar adalah isak tangis seluruh jamaah.

Ya Allah saksikan
Jiwa-jiwa ikhlas yang hadir hari ini
Kami patuhi umara kami, ulama kami, aturan negara kami, atas cinta kami pada AlQuran.

Kami yang dhaif ini menyoraki Kapolri, lalu ulama kami tercinta Aa Gym mengajak seluruh jamaah agar mencintai beliau dan memahami beban berat di pundaknya.

"Laa taghdhob walakal jannah," kata beliau berulang kali, mendinginkan jiwa kami.

Kami menyaksikan bapak polisi dan tentara yang berbaur bersama kami, berdetak dalam kerinduan yang sama menjadi mujahidMu.

Ya Allah saksikan
Kami tuntut penista agama lewat lisan guru kami Habib Rizieq, sehingga khutbahnya menggetarkan Jakarta. Namun dengan sesenggukan dalam derasnya tangis, kami mintakan hidayahMu agar turun kepadanya..

Ya Allah ampunkanlah
Tiada bahayanya ucapan penista agama, dibanding lisan kami sendiri yang mengabaikan dosa.
Allahumma shalli wasallim wabarik alaih.


Post a Comment

0 Comments