Samakan Kasus Ahok Dengan Donald Trump. JK: Saya Tersinggung!

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengharap agar Ahok lebih menjaga omongan agar tidak menyakiti hati rakyat.
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK)

bersamaislam.com Jakarta - Semua calon gubernur DKI Jakarta diharap agar tidak lagi berargumen terkait masalah agama beakibat kemarahan rakyat. Harapan tersebut disampaikan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) di kantornya, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat. Ia mengungkapkan agar Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) lebih menjaga omongan agar tidak menyakiti hati rakyat.

"Mesti dijaga, Gak boleh karena bisa menyinggung SARA. Jangan asal ngomong, asal tuduh. Karena itu saya minta agar tenang, semua orang harus jaga hal ini," ujar JK seperti dilansir Detik pada Jumat (21/10).

JK menjelaskan bahwa banyak kasus yang memancing warga menjadi SARA, namun banyak juga kasus memancing orang untuk berbicara SARA. Menurutnya, bila sebuah diskusi memang akan menyinggung soal SARA, sebaiknya dibahas di lingkungan tertutup dan rahasia. JK mengatakan bahwa kasus peleceha oleh Ahok tersebut identik dengan kasus capres Amerika Serikat yang berasal dari Partai Republik yaitu yang bernama Donald Trump.

"Orang tak memilih Donald Trump bukan karena orang tidak suka kepada Republik, namun karena Trump bicaranya terlalu banyak macamnya. Jadi sebenarnya banyak kasus yang memancing orang untuk bicara SARA, jadi jangan memancing orang untuk berbicara SARA," serunya.

Terkait pencelaan Al-Maidah yang disebabkan oleh Ahok, ia menganggap bahwa perkataan Ahok bukanlah pada ayat yang disampaikan namun pada kata 'bohong' yang disampaikannya.

"Jadi ini bukan soal agama, ini soal etika, jadi ya, mulut mu harimau mu, itu aja masalahnya," ujar JK.

JK memenerangkan bahwa persoalan agama tidak perlu dibawa ke dalam politik. Apalagi dampai membawa-bawa dasar negara Indonesia yaitu Pancasila. JK juga menyebutkan tidak masalah siapa yang menjadi pemimpin asal haruslah seorang yang dapat menjaga etika.

"Jangan bilang kalo mayoritas itu gak dipilih, trus Pancasila tidak lengkap. Salah itu. Berarti sekarang kita gak Pancasila Indonesia ini, begitukah yang Anda mau? Karena presidennya sekarang bukan non-Islam maka tidak Pancasilais? Saya benar-benar tersingung!" tegasnya.

Post a Comment

0 Comments