Islamophobia Bisa Menghancurkan Amerika

Negara Amerika harus menjauhkan diri dari Islamophobia dan xenophobia agar selamat dari kehancuran.
Mordekai Schreiber 

bersamaislam.com - Banyak orang saat ini tidak menyadari bahwa ada perbedaan mendasar antara sebelum dan sesudah Perang Dingin. Saat runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, dunia dibagi menjadi dua ideologi yang tak terdamaikan yaitu ideologi kapitalisme dan komunisme. Masing-masing diwakili oleh dua negara adidaya nuklir, yang hidup di bawah ancaman pemusnahan global karena efek senjata pemusnah massal. Tapi seperti yang ditulis oleh mendiang Samuel P. Huntington dalam bukunya The Clash of Civilizations, yang diterbitkan lima tahun setelah berakhirnya Perang Dingin, dunia kini menghadapi realitas baru yaitu bentrokan di garis budaya dan agama. Hari ini, banyak pendapat tokoh yang mengatakan bahwa ada bentrokan global antara peradaban Islam dan Kristen, dimana diantara keduanya bisa jadi saling menghancurkan.

Tapi ada tiga hal yang membuat pandangan ini terbantahkan:

Pertama, organisasi teroris seperti ISIS tidak mewakili mayoritas Muslim, atau lebih khususnya dunia Arab. Dan perang yang terjadi di beberapa wilayah Timur Tengah yang dimana tentara Amerika terlibat di dalamnya secara umum tidak mewakili sebagian besar rakyat Amerika. Korban utama terorisme yang dilakukan oleh Muslim ternyata Muslim juga, yang secara massal terbunuh dalam skala yang jauh lebih besar daripada korban dari negara Barat.

Kedua, tidak seperti negara bekas Uni Soviet, peradaban Muslim tidak memiliki sarana untuk menghancurkan peradaban Barat. Hari ini yang disebut benturan peradaban adalah perjuangan global di antara tujuh peradaban utama, yaitu Amerika Latin, Afrika, Rusia, India, Cina, dunia Muslim dan Barat, yang terwujud dari banyaknya perbedaan tingkat kepentingan nasional dan regional.

Ketiga dan ini adalah yang paling penting, yaitu fakta bahwa ideologi politik dan ekonomi seperti kapitalisme dan komunisme yang eksklusif tidak pernah dapat didamaikan. Ideologi agama seperti Islam dan Kristen serta semua ideologi agama besar lainnya baik di Barat dan Timur sangat mirip dalam keyakinan dasar mereka. Mereka semua mengajarkan bahwa perdamaian adalah lebih baik ketimbang perang, kebaikan lebih baik dari kekerasan, yang menghormati semua orang lebih baik daripada diskriminasi, dan sebagainya. Karena itu semua orang harus mengamalkan apa yang tertulis dalam kitab suci mereka untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari untuk menyelesaikan masalah global ini.

Dengan kata lain, pasca Perang Dingin, keadaan dunia tidak separah saat perang abad kedua puluh di mana lebih dari 500 juta manusia tewas dalam perang dunia dan genosida dimotivasi oleh ideologi politik. Penduduk dunia saat ini memiliki kesempatan besar untuk mengajak sesamanya untuk bersama-sama menuju kerjasama dunia yang erat.

Akhirnya, menurut saya tidak ada negara yang lebih cocok melakukan perubahan tersebut kecuali Amerika Serikat. Negara ini harus membuat umat manusia bersama dalam damai. Syaratnya harus menjauhkan diri dari Islamophobia dan xenophobia, agar negara adidaya tersebut juga selamat dari kehancuran. Bila berhasil melakukan misi damai ini, bukan tidak mungkin Amerika akan menjadi apa yang yang pernah dikatakan oleh Presiden Franklin D. Roosevelt, yaitu akan menemui "takdir barunya."


Ditulis oleh: Mordekai Schreiber, penulis buku Global Power of Prayer

Sumber: Huffingtonpost (22/8).

Post a Comment

0 Comments