Sayonara Benedict Anderson

benedict anderson meninggal
Salah satu buku karya Benedict Anderson, Di Bawah Tiga Bendera

bersamaislam.com - Sabtu, 12 Desember 2015, Profesor Benedict Richard O'Gorman Anderson telah meninggalkan kita semua. Benedict meninggal dunia di kota Batu dan menurut berita yang saya peroleh, jenazahnya akan dikremasi dan abunya disebarkan di Laut Jawa.

Sosok Benedict tak muncul begitu saja. Dia hasil didikan Cambridge dan Cornell University. Majalah Tempo edisi 20 November 2011 memasukkan Benedict ke dalam “Indonesianis” generasi kedua bersama William Liddle, Herbert Feith dan Daniel s. Lev.

Indonesianis yang dikenal bersahaja ini selama hidupnya pernah dicekal oleh pemerintah Orde baru sejak 1973-1999. Penyebabnya karena mengkritisi Orde baru.

Salah satu karyanya berjudul "The Cornel Paper" memberi sudut pandang berbeda tentang peristiwa G 30 S. Makalah yang ditulis bersama Ruth McVey itu menyimpulkan bahwa G 30 S merupakan persoalan internal Angkatan Darat (AD) dan sama sekali tidak mengulas peran PKI. Otomatis berlawanan dengan teori dan tafsir tunggal yang selama ini dibangun Orde Baru, bahwa PKI merupakan dalangnya.

Berkat makalah tersebut, nama lembaga "Cornell Modern Indonesia Project" kian terkenal sebagai pelopor penelitian intelektual tentang Studi Indonesia. Lembaga yang dirintis George McTurnan Kahin ini pada era 1960-1970 -an pernah berjaya. Akan tetapi sempat meredup hampir satu dekade setelah Benedict Anderson pensiun.

Benedict hingga akhir hayatnya telah meninggalkan beberapa karya monumental selain The Cornell Paper. Misalnya Buku Java in a time of Revolution, buku ini menjelaskan perlawanan Indonesia terhadap belanda yang dilakukan oleh gerakan pemuda.

Berikutnya buku Imagined Communities. Di Israel, Menurut Ronny Agustinus (pemimpin redaksi penerbit Marjin Kiri), buku ini diterjemahkan oleh Open University of Israel untuk menentang ortodoksi politik Zionis dan dipengantari oleh ilmuwan Palestina. Buku ini intinya berbicara mengenai gerakan Nasionalisme di seantero dunia. Benedict mengambil contoh di Amerika Utara dan Perancis yang mengalami revolusi pembebasan oleh kesadaran masyarakat yang menentang Monarki.

Baru baru ini, masih ada satu lagi buku Benedict yang terbit di penerbit Marjin Kiri. Judulnya "Dibawah Tiga Bendera; Anarkisme Global dan Imajinasi Antikolonial". 10 Desember 2015, Benedict menyempatkan hadir dalam peluncuran buku tersebut, sekaligus menghadiri kuliah umum 'Anarkisme dan Nasionalisme' di Universitas Indonesia.

Di level internasional, mendiang Benedict pernah meraih beberapa perhargaan, diantaranya: Award for Distinguished Contributions to Asian Studies (1998), Fukuoka Asian Culture Prizes (2000), Albert O. Hirschman Prize (2011).

Sayonara… Prof Benedict, barangkali lewat buku-buku anda saya belajar memahami dan mencintai Indonesia.

Wallahu’allam

author
Ditulis oleh:
Fadh Ahmad Arifan
(Alumni S2 Studi Islam di Sekolah Pascasarjana UIN Malang. Guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MTs-MA Muhammadiyah 2, kota Malang, Jawa timur.

 GPlus FacebookTwitter

Post a Comment

0 Comments