Diutus Sebagai Misionaris, Malah Dapat Hidayah dan Jadi Muslimah Aktivis di Amerika

Cindy Weber (Foto: Youtube)

bersamaislam.com - Nama saya adalah Cindy Weber, berasal dari Burlington, Wisconsin, Amerika Serikat dan saya masuk Islam 23 tahun yang lalu. Saya dibesarkan di Gereja Katolik dan belajar dengan para biarawati. Tempat saya belajar Islam adalah di negara Kenya, ketika saya diutus sebagai guru misionaris di sana. Saya bertemu dan melihat sendiri orang-orang muslim dan bagaimana mereka hidup.

Hal pertama yang saya catat tentang kehidupan muslim adalah mereka memiliki keluarga yang baik, sesuatu yang selama ini saya cari. Di Kenya, keluarga muslim selalu berkumpul dan bahkan mungkin makan selalu bersama-sama. Sangat kontras dengan kehidupan di Amerika, setiap minggu pagi yang dilakukan adalah menonton televisi, menonton pertandingan bola dengan segelas bir, benar-benar kehidupan yang hampa.

Bersyahadat di Chicago

Saya menjadi seorang muslim dengan mempelajari Islam secara otodidak. Saya tidak punya kenalan seorang muslim. Saya belajar sendiri dan memutuskan sendiri untuk menjadi muallaf. Lalu saya pergi ke Islamic Center di Chicago dan saya katakan bahwa saya tertarik dengan agama Islam.

Mereka memberi saya beberapa literatur dan buku-buku bacaan. Saya mengucapkan terima kasih dan bersiap pergi ketika mereka kemudian memanggil saya:

"Tunggu, tunggu, kenapa anda tidak masuk Islam saja hari ini?" tanya mereka.

Saya pun menjawab: "Saya baru saja membaca buku-buku ini dan beberapa sumber yang lain, saya masih mempertimbangkannya".

Mereka berkata "Anda sudah tahukan, jika anda tidak masuk Islam hari ini, dan anda menyeberangi jalan itu lalu tewas dibunuh, anda akan masuk neraka!"

Saya katakan "Tidak mungkin, karena saya seorang Katolik, dan seorang Katolik tidak akan masuk neraka!"

Dan kemudian mereka berkata "Oh, Ok, kita tau anda akan pergi minum dengan teman-teman anda, minum alkohol tentunya, satu malam saja sebelum anda masuk Islam, makanya anda tidak mau melakukannya hari ini"

Dan saya menjawab "Saya tidak minum alkohol!"

Akhirnya mereka berkata "Ok, jika anda ingin masuk Islam, anda bisa pergi ke sini dan sampaikan saja kepada mereka," dan mereka memberikan alamat sebuah mesjid di Chicago.

Saya ambil alamat tersebut dan dua minggu kemudian saya pergi ke mesjid itu dan mengucapkan dua kalimat syahadat. Saya berpikir mungkin Tuhan ingin membimbing saya sehingga tidak ada lagi penghalang.

Anak-anak

Anak perempuan saya mengenakan hijab pertama kalinya pada kelas 5 di Islamic School. Semua teman-temannya memakai hijab dan dia sendiri saya menyukainya. Ketika dia pindah ke sekolah umum, dia tetap memakainya dan tidak pernah ada masalah. Dia adalah Ketua dari sebuah klub yang cukup prestise, Altrusa Club. Hijab tidak menjadi penghalang bagi dirinya untuk melakukan apapun.

Tentu saja saya khawatir dengan anak-anak. Tentang pengaruh Barat di dunia dan berharap mereka punya pengetahuan Islam yang cukup yang akan menjadi pertimbangannya setiap kali mengambil keputusan. Anak saya sekarang berusia 19 dan 22 tahun, mereka akan memiliki kehidupan sendiri dan saya hanya menguatkan pondasi mereka saja.

Bekerja di Lembaga Amal Islam

Ini adalah pusat kegiatan amal yang siap menyambut siapapun, termasuk muslim atau non muslim.
Saya menghabiskan 7 hari dalam seminggu menyelesaikan proyek amal karena terlalu banyak yang perlu kita kerjakan di Amerika, khususnya berdakwah dan menyampaikan Islam kepada orang lain.

Saya sangat aktif di komunitas-komunitas para migran, karena kota Dallas adalah kota nomor satu yang selalu didatangi oleh para migran. Lima puluh persen di antaranya adalah muslim yang datang dari kamp pengungsian dan mereka mengira ke Amerika adalah mendatangi sebuah negara Kristen dan akan sulit untuk menjadi muslim di sini. Tapi ketika mereka tiba di sini, kami siap menerima mereka dan memberitahukan kepadanya tidak sulit menjadi seorang muslim di Amerika. Mereka tetap bisa menjaga keyakinannya dan tidak perlu menyembunyikannya atau berpura-pura menjadi orang lain.

Kami bisa melakukan shalat lima waktu, memiliki kelas anak-anak untuk belajar Islam dan bahasa Arab. Kami juga bekerja sama dengan lembaga sosial Katolik dan mereka menyedikan guru bahasa Inggris bagi para migran.

Kami menyediakan apartemen dan berbagai hal yang mereka butuhkan, seperti makanan, pakaian anak-anak, furniture, dan satu kali dalam seminggu kami menerima pengaduan dari mereka tentang berbagai persoalan, seperti dokumen-dokumen legal dan izin kerja. Cukup banyak di antara mereka yang berasal dari Afrika tidak bisa membaca karena tidak mendapatkan pendidikan di negaranya.

Di Dallas, kami memiliki komunitas muslim, sebuah wadah tempat kami saling mengenal satu sama lain. Muslim di Amerika bisa hidup dengan normal, seperti mengenakan penutup kepala bagi perempuan. Namun kehidupan muslim pasti berbeda dengan kebanyakan orang Amerika. Contohnya mereka suka berkumpul dan minum alkohol bersama-sama, sementara bagi muslim itu adalah perbuatan yang dilarang.

*Onislam