Hamas Tolak Undangan Tony Blair Mediasi Gencatan Senjata di London

Khaled Meshaal pada milad Hamas (img: ibtimes)

bersamaislam.com Gaza - Seorang pemimpin senior Hamas di Gaza mengungkapkan bahwa organisasi perlawanan Palestina itu telah menolak undangan mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, untuk datang ke London. Blair dilaporkan tengah berusaha untuk melakukan mediasi gencatan senjata jangka panjang antara Israel dan Hamas.

Mahmoud Zahhar memberitahukan penolakan itu dalam sebuah wawancara di Al-Aqsa TV, Senin malam (24/08/2015), seperti dilaporkan media Alresalah. Zahhar juga mengatakan bahwa Otoritas Palestina di Ramallah di bawah Presiden Mahmoud Abbas telah menolak proposal pembangunan pelabuhan di Gaza, yang merupakan bagian penting dari tuntutan Hamas untuk mengakhiri blokade Israel di wilayah itu.

Pendiri Hamas itu dengan tegas menyebut jika Otoritas Palestina di bawah Mahmoud Abbas sedang membantu Israel mempertahankan blokade dan mencegah rekonstruksi di Gaza. Namun perlawanan militer Hamas telah memaksa pihak Internasional untuk berbicara dengan para pemimpinnya.

Zahhar mengatakan faksi Hamas tengah mencari penyelesaian yang jelas sebagai solusi terhadap blokade Gaza, bukan hanya untuk membuat peraturan baru antara Gaza dan Israel atau Gaza dan Mesir.

Blair sendiri dilaporkan telah bertemu dengan pemimpin Hamas lainnya, Khaled Meshaal di ibukota Qatar, Doha, sebanyak dua kali sejak Juni 2015 yang lalu. Hasilnya, Meshaal telah membawa pengaruh yang signifikan ke arah gencatan senjata yang secara efektif akan mengakhiri pengepungan Israel terhadap Gaza.

Azzam Tamimi, seorang penulis yang berdomisili di London dan penyiar yang merupakan teman dekat Meshaal, mengatakan bahwa Hamas telah meminta penundaan dalam undangan tersebut karena konsep gencatan senjata yang akan disepakati tidak jelas.

"Sampai format penjanjian gencatan senjata dengan jelas tersusun," ujar Azzam seperti dilansir Middle East Eye Report.

Penjagaan ketat dari Zionis Israel di perbatasan Gaza membuat perjanjian gencatan senjata berjalan di tempat setelah diakhiri dengan serangan 51 hari yang menewaskan lebih dari 2.200 warga sipil Palestina dan menghancurkan daerah pantai.

Proposal untuk perjanjian gencatan senjata yang baku antara Hamas dan Israel sudah berjalan satu dekade. Namun hal tersebut akan sulit tercapai jika Israel tidak pernah mengakui hak-hak warga Palestina.

Post a Comment

0 Comments